Selasa, 20 Oktober 2009

The Story Of Love "Sakuraba Takeshi" Part-1 chapter: "I CRY I REMEMBER YOU"

Malam ini entah kenapa aku sulit untuk memejamkan mataku. Rasa gelisah, bosan, panas, (karena kebetulan pendingin ruanganya memang mati…) semuanya bercampur menjadi satu….menyebalkan, rasanya seperti ada beban berat yang menumpu dikepalaku. Percuma saja menghitung Domba…pada hitungan ke-206 koma sekian-sekian, pasti hitunganku salah lagi. Kubalikkan badanku kekanan….lalu kekiri…lalu dengan gaya Kodok, tapi percuma saja,…aku tetap sulit untuk memejamkan mata….malahan tempat tidunya jadi berantakan begini….Lalu apa yang harus kukerjakan…???? Makan, nonton DVD??..aah tidak, semua kegiatan itu telah kulakukan kemarin malam.
Belakangan ini aku sulit tidur, saat bangun pagi rasanya mataku perih dan kepalaku pusing. Di siang harinya aku tidak selera makan ….pada malam harinya aku hanya makan cemilan… lalu setelah itu, main game sampai larut malam….dan pada tengah malamnya aku tidak bisa tidur, dipagi harinya lagi aku berangkat kesekolah…. disiang hari setelah pulang sekolah kegiatanku hanya menggambar tidak jelas dan menyulam asal-asalan…tidak ada kegiatan penting, membosankan. jika kuterapkan pola hidup seperti ini...bisa-bisa aku jatuh sakit….
Keadaanya berbeda sekali dengan dulu…ketika Take-san masih ada, setiap paginya aku harus bangun Subuh untuk membuat sarapan. Lalu makan bersama, kemudian Ia mengantarkanku kesekolah….disore harinya, aku harus buru-buru ke mini market untuk membeli lauk, lalu pulang dan memasaknya….pada malam harinya kami ‘pun makan bersama…tapi sekarang, semua kegiatan itu tidak perlu kulakukan lagi…
Tuh ‘kan…lagi-lagi teringat dia….teringat pada masa-masa dimana kami masih tinggal bersama dan sangat akrab seperti Ayah dan anak. Semua yang diperintahkannya pasti harus kukerjakan, jika tidak…dia akan uring-uringan dan marah-marah tidak jelas…atau mengomel dengan membuat tingkah-tingkah konyol dan super aneh….benar-benar seperti Ibu Tiri dia itu. Take-san itu sebenarnya lucu….kadang aku senyum-senyum sendiri jika mengingat-ngingat kelakuannya selama ini.
Take-san, kau dimana…?? kenapa kau tidak pulang…??...atau paling tidak pamitlah padaku dulu jika kau memang ingin pergi dan meninggalkan rumah..walaupun hanya sekedar basa-basi. Kuingat cerita teman-teman kemarin siang, katanya…. cinta sejati itu, “jika seorang gadis tidak bisa melupakan laki-laki yang disukainya…begitupula sebaliknya”….tidak!!! tidak…!! Tidak…!!! Bukan yang seperti itu….mana bisa aku menyukai Take-san…??? Hanya karena terus memikirkan Dia, belum tentu menyukainya ‘kan….?? aku hanya mengingat masa-masa konyol disaat-saat kami bersama sebelum kejadian itu, soalnya dia itu tukang atur dan sok perintah….hanya itu saja. Lagipula, jauh disana..belum tentu Ia memikirkanku…aku saja yang terlalu gelisah….dan kurasa Dia tidak punya waktu untuk itu, Take-san itu ‘kan laki-laki yang super sibuk dan sangat senang menenggelamkan diri dalam pekerjaannya sebagai seorang pengacara.
Ada lagi sifatnya yang tidak bisa kulupakan, Take-san itu orangnya baik hati dan perhatian. Tidak bisa dipungkiri lagi…dan munafik jika aku tidak mengakuinya, aku sangat merindukan Take-san…Dua minggu tidak bertemu dengan dia rasanya seperti 200 tahun lamanya…Kurasa aku tersiksa…bagaimana tidak, pikiranku dipenuhi oleh dirinya….Disatu sisi, hatiku mengatakan lupakan dia Miku, tapi disisi lainnya hatiku berkata…aku merindukanmu Take-san…
Aku memang merindukan Take-san….ketika Dia mencium keningku, rasanya hangat….Ya Tuhan, perasaan ini tidak salah ‘kan…Take-san juga tidak salah, yang sebenarnya salah adalah…waktu. Kuakui, aku gagal melupakan Dia, semakin ingin kulupakan maka semakin kuat ingatanku mengenai dirinya….Tanpa sadar pipiku basah, aku menangis…menangis karena merindukan Take-san….
“Take-san, kau dimana???” kuseka air mataku yang semakin mengalir.
Aku ini manja…kucoba hentikan tangisku tapi percuma saja, hatiku mengatakan “menangislah Miku…menangislah demi dia…kini dia segala-galanya bagimu…..” aku masih terus terisak-isak seperti anak kecil yang baru saja kehilangan Ayahnya….
*****

Aku baru menyadari hal itu…bahwa betapa pentingnya Take-san. Ini minggu ketiga setelah kepergiannya, rumah semakin sepi tanpa Take-san. Oleh karena itu, kuputuskan untuk mencari suasana baru…misalnya seperti berlama-lama dirumah Makoto sepulang sekolah. Toh dirumah aku sendirian, ditempat Makoto jauh lebih ramai…ada Ibunya, adik laki-laki dan kedua kakak kembarnya.
Banyak hal yang kami lakukan..makan siang bersama, bercerita berbagai hal, main Nintendo,…dan beberapa kegiatan menyenangkan lainnya. Dengan begitu, aku bisa sedikit melupakan Take-san…aku ingin menghilangkan perasaan rinduku padanya dengan mengalihkan perhatianku kepada ha-hal lain. Ya begini,..berkumpul dengan teman-teman jauh lebih asyik dibandingkan sendirian dirumah dan menangis karena rindu dengan laki-laki yang telah menyakitiku…seolah-olah saja laki-laki itu adalah orang yang paling penting didunia dan aku ingin dia cepat-cepat pulang lalu meyakitiku lagi….konyol sekali..!!
Keluarga Makoto sangat ramah dan menyenangkan, mereka juga Humoris. Ibu Makoto sangat menyayangkan atas kepergian Ibuku yang terlalu cepat dan “paman” yang terlalu sibuk keluar kota karena pekerjaannya sehingga tinggallah aku sendirian dirumah tanpa ada yang mengurus (Makoto mengatakan pada Ibunya kalau aku mempunyai paman yang tampan dirumah…). Kata Ibu Makoto, aku terlalu kecil untuk tinggal sendirian…itu sangat berbahaya mengingat kejahatan semakin genjar beberapa bulan belakangan ini dan anak SMA sering sekali menjadi korbannya. Beliau menyarankan aku untuk menginap dirumahnya selagi paman belum kembali dari luar kota, tapi kutolak dengan alasan bahwa pamanku akan segera pulang dalam minggu ini…walaupun itu hanya basa-basi saja, tapi sebenarnya itulah harapanku.
O iya, alasan lain kenapa aku betah berada dikediaman keluarga Fuuriyu adalah… karena kedua kakak kembar Makoto yang super-super lucu. banyak hal–hal konyol yang dilakukan sikembar sehingga kami semua tertawa, selain itu…ada-ada saja yang diceritakan keduanya sehingga cerita itu menjadi lucu padahal awalnya ceritanya itu adalah cerita sedih atau menyeramkan. Jika sudah Kakak Mokoto yang bercerita, pasti lucu….cerita apapun itu.
*****


aku pulang Dari rumah makoto sekitar pukul 19.00 malam. Salah satu kakaknya yang mengantarku dengan Motor hehehehehehe…..baru kali ini aku naik motor, itupun Ibu Makoto yang memaksa…katanya tidak baik anak gadis pulang sendirian pada malam hari. Jadilah aku naik motor besar…..kakak-kakak Makoto itu, walaupun mereka wanita…tapi kelakuannya seperti laki-laki..
“Terima kasih ya kak,…sudah repot-repot mengantarkan Miku pulang”
“Suda ya Miku….”
Ia menginjak gas beberapa kali, bunyinya keras sekali. Lalu setelah itu motornya meluncur dengan kecepatan penuh. lucunya lagi, semua orang yang melintas jadi memandangi Dia dengan tatapan heran. Mereka pasti berfikir “kok bisa seorang wanita mengendarai Motor Kawasaki yang begitu besarnya…???” …..
Setelah motor Kawasaki milik kakak Makoto menghilang dari pandanganku, segera saja aku masuk ke dalam gedung Apartment. Ini sudah cukup malam bagi ukuran gadis berseragam SMA yang masih berkeliaran diluar rumah. Aku berpapasan dengan beberapa tetangggaku, mereka menegurku dan bertanya tentang mengapa aku pulang telat hari ini???...lalu kujawab, bahwa aku baru saja dari rumah temanku untuk mengerjakan beberapa tugas sekolah, mendengar itu mereka mengangguk. Kemudian salah satu tetangga China yang bernama Tuan Chen berpesan bahwa “jangan terlalu lama diluar,…kurang begitu baik. Jika perlu sesuatu, datanglah ketempat kami…” begitu kata Beliau dan aku ‘pun mengangguk.
“Selamat malam, aku minta kunci kamar 210…” Kataku pada Front Office yang sedang bertugas malam itu.
Dia tersenyum, kemudian Petugas itu kelihatan mencari-cari kunci. Sekitar 10 atau 15 detik setelahnya, Dia menanyakan kepada temannya…entah apa yang dibicarakan mereka aku kurang begitu mengerti, seperti Bahasa Thailand….Ya, mungkin mereka orang Thailand…terlihat jelas dari struktur wajah mereka.
“Maaf Nona, tapi tadi kunci kamar anda telah diambil seseorang…” Akhirnya Dia berbicara padaku setelah tadi bercakap dengan temannya cukup lama.
“Kapan..?” tanyaku heran.
“Baru saja, sekitar 15 menit yang lalu…aku yang memberikannya” Teman yang tadi diajaknya bicara, kini menjawab pertanyanku..ternyata Dia bisa Bahasa Jepang.
“Siapa yang mengambilnya….?” Aku semakin curiga, pasti itu…
“Seorang pria, Aku kurang jelas dengan namanya…tapi Dia memiliki postur tubuh yang tinggi dan berambut hitam…tenang saja, aku sering melihatnya….mungkin salah satu keluarga anda” katanya berusaha menenangkanku.
Tidak salah lagi…itu pasti Dia. Aku bukanya panik karena takut kalau-kalau orang yang mengambil kunciku itu adalah perampok atau sejenisya, tapi aku panik karena…..siapa lagi yang tahu nomor Rumahku selain Aku sendiri dan Take-san…itu pasti Dia, Itu adalah Take-san. Tanpa berbasa-basi lagi dengan petugas-petugas Thailand itu, segera saja aku berlari menuju lift.
Take-san, kau pulang. Aku harus cepat, ada banyak hal yang ingin kutanyakan padanya…aku ingin memperjelas semua masalah diantara kami…aku ingin berbaikan lagi dengannya dan melupakan semua kejadian itu. Take-san…akhirnya kau pulang juga setelah sebulan lamanya. Jantungku berdebar kencang…tanganku gemetaran hebat. Ya ampun…apa yang kulakukan, bodoh sekali….kenapa aku harus gugup bertemu dengan Take-san…???? pokoknya aku harus berani. Jika memang aku tidak sanggup untuk berbicara panjang lebar dengannya mengenai masalah itu, paling tidak harus kukatakan sesuatu…seperti “hai….” Atau “maaf..” atau kata-kata lainnya asalkan aku bisa bertatap muka langsung dengannya.
Kini aku sampai dilantai 12, segera saja aku berlari menuju pintu Apartmenku. Kutarik nafasku dalam-dalam lalu menghembuskannya kembali, kucoba tenangkan diriku….
Kubuka perlahan-lahan daun pintu rumahku, benar-benar tidak dikunci…Dia memang datang. Bagaimanapun aku harus bertemu dan bicara dengannya walaupun hanya sekedar basa-basi….Pokoknya HARUS. Perlahan-lahan aku masuk lalu pintu kututup kembali. Dugaanku semakin kuat kalau itu memang Dia setelah melihat sepatunya…Aku tersenyum, dasar Take-san…kapan Dia akan mengingat untuk merapikan sepatunya….?? Itulah kebiasaannya.
Segera saja aku keruang santai…dia tidak ada, dapur…juga tidak ada, ini tidak biasa. Aku tahu kebiasaan Take-san lainnya…ketika baru pulang kerja, Dia pasti keruang TV lalu ke kedapur untuk mengambil Limun..tapi kali ini berbeda. Mungkin, Dia langsung menuju kamarnya…aku harus kesana.
Langkahku terhenti ketika kulihat sesuatu dilantai. Beberapa meter dari kamar Take-san….ada sepatu wanita berwarna merah. Sepatu milik siapa??...lalu kulirik pintu kamarnya dari kejauhan, pintunya terbuka lebar…tidak dikunci. Mungkin itu teman kantornya???...tapi kenapa harus masuk kekamar???...apa aku harus masuk kesana untuk memastikan???...ah, betapa kurang sopannya aku jika seperti itu…mungkin saja mereka membicarakan sesuatu yang benar-benar penting dan berhubungan dengan pekerjaan mereka…makanya harus didalam kamar.
Tapi aku penasaran…disamping ingin cepat-cepat bertemu dengan Take-san, aku juga penasaran dengan wanita itu…apakah Dia pacarnya??...bagaimana aku bisa tahu jika aku tetap diam saja disini. Iya, pokoknya aku harus masuk kekamarnya Take-san. Kemudian aku melangkah…perlahan dan perlahan…satu langkah, dua langkah….lalu kudengar suara-suara aneh…,dan aku tahu suara itu, suara itu milik Take-san. Tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak. Haruskah aku benar-benar masuk???...apa yang dilakukan Take-san dengan wanita bersepatu merah itu…???...pertanyaan-petanyan curiga semakin memicu rasa penasaranku yang begitu dalam, kulangkahkan lagi kakiku….perlahan dan perlahan….Suaranya semakin terdengar, Take-san mengatakan sesuatu tapi kurang jelas. Kini aku tepat berada disisi kiri pintu kamarnya…
Take-san…apakah dia dan wanita itu???..tidak mungkin!!! Jika memang mereka melakukan sesuatu didalam, pasti pintunya dikunci…ini malah dibiarkan terbuka. Aku harus masuk tidak/ya??...aku ternyata masih ragu….kusandarkan diriku pada tembok sisi pintu, kutarik nafasku dalam-dalam….lalu kuhembuskan kembali. Sebaiknya jangan, toh besok masih ada waktu.
“AAAA….”Tiba-tiba wanita itu berteriak, jantungku berdebar….
“Aaaaa…” kini Ia teriak lagi, tapi lebih pelan.
Tidak ada pilihan…I have no Choice, aku harus masuk.
*****
Aku tepat berdiri didepan pintunya ketika wanita itu melirik kearahku….Dia tersenyum. Wanita itu, berantakan sekali…pakaiannya berserakan dilantai, tempat tidurnya juga berantakan….sepreinya hampir-hampir saja jatuh kelantai…Dia cantik dan dewasa, kulitnya putih dan tubuhnya langsing…laki-laki mana yang tidak terpikat dengan wanita seperti Dia. Sementara Take-san, Dia hampir-hampir saja tidak menyadari kehadiranku…jika bukan karena wanita itu yang memberitahunya.
“Takeshi-kun, anakmu datang tuh…” Wanita itu berbisik pada Take-san sambil menunjuk kearah pintu tempat aku berdiri.
Spontan Take-san mengangkat wajahnya dan menghentikan aktifitasnya….kini Dia melihatku, lalu tersirat ekspresi kaget dari raut wajahnya. Sementara aku…aku masih terpaku denagan adegan yang ada didepan mataku. Aku tidak percaya bahwa Take-san bisa berbuat seperti itu terhadap perempuan…Dia berbeda, Dia kelihatan Asing sekali, bukan Take-san yang kukenal…dan yang lebih memalukan lagi, wanita itu juga menyukainya. Apakah ini sifat asli Take-san…???
“Miku….” Akhirnya Dia mengatakan sesuatu setelah beberapa detik terdiam. Take-san mulai bangkit dari tempat tidur, kemudian diraihnya selimut….sepertinya Dia hendak menuju kearahku….tapi aku tidak sanggup melihatnya…aku tidak sanggup bertemu dengan orang yang memalukan seperti dia. Spontan aku berlari meningggalka mereka, meninggakan ruangan menjijikkan itu.
“Miku….!! Tunggu!!!!...” Aku masih bisa mendengar teriakannya ketika aku membanting pintu utama lalu pergi meninggalkan Ruangan Apartment. Mungkin memang lebih baik aku pergi, aku tidak ingin menjadi penghalang bagi Take-san….lebih baik aku pergi saja…
*****
Kulirik jam tanganku, sudah hampir pagi. Padahal tadi saat aku meninggalkan Apartment sekitar pukul 19.10, berarti aku perginya sudah lama sekal. Disini sepi, hampir-hampir tidak ada orang yang melintas….jelas saja, ini sudah tengah malam. Sebenarnya aku takut, lapar, dan kedinginan….rasanya ingin pulang,….tapi itu tidak mungkin. Lebih baik aku disini saja. Memang harus begitu ‘kan….aku tidak ingin menjadi penghalang, Jadi Take-san tidak perlu khawatir kalau-kalau aku datang dan mengganggunya.
Kurasa ada yang salah dengan diriku sekarang…Disatu sisi aku membiarkan mereka, tapi disisi lain…hatiku sakiiit sekali….aku menangis, rasanya perih didadaku. Dasar bodoh…kenapa juga aku harus sedih hanya karena melihat Take-san dengan kekasihnya???.... kenapa juga dadaku sesak…???...Padahal ‘kan Take-san itu bukan siapa-siapa-ku…Dia juga bukan pacarku, DIA ITU TIDAK PENTING…??!!! Tapi kenapa aku…AAAAAAAH!!! entahlah. Aku tidak sanggup lagi….tidak sanggup membendung hatiku yang entah kenapa begitu sakit….Aku tidak sanggup membendung air mata ini…aku tidak sanggup membendung kepedihan yang begitu dalam… aku menangis sejadi-jadinya.
Aku kenapa???...kenapa aku jadi seperti ini??...Bodoh!!! lalu, kenapa juga tadi aku harus lari??...apa aku cemburu???....padahal ‘kan apa yang dilakukan Take-san dengan kekasihnya itu sah-sah saja….
“jadi hentikan tangismu Miku….!!! Gadis bodoh jangan menangis, oke…” kucoba menenangkan diriku.
Lagipula…aku ini bukan siapa-siapanya Take-san, aku juga bukan orang penting dalam hidupnya…jika bukan karena saling memperebutkan hak milik atas Apartment, Toh kami mungkin tidak akan pernah bertemu (kecuali kejadian ditaman beberapa bulan lalu). Aku bukan penghalang bagi Dia….
“Sudahlah Miku,….jangan menangis lagi…”….
Aku hanya bisa menghibur diriku sendiri. Semakin kurapatkan kedua tanganku diperut, rasa lapar…rasa dingin…bertahanlah Miku, kau gadis yang kuat. Bertahanlah….oke. Begitu jauh lebih baik.
Sejak tadi Handphone-ku teru saja berdering dan disitu tertera nama “Sakuraba Takeshi”. Biarkan saja terus bedering…tidak akan kujawab telepon itu, pokoknya tidak akan pernah..!! Apa Dia mencariku….??? tapi untuk apa??...bukankah Dia bersama wanita itu..??...aku ini tidak penting baginya…jangan mencariku lagi.
“Hentikan!!!!....hentikan terus menghubungiku…!!!....Aku muak melihat wajahmu…hentikan….!!!!” Tapi percuma saja, Handphone itu terus saja berdering…tak ada habisnya.
Aku benci kau Take-san…..!!!! semakin kuingat wajahnya maka semakian sakit hatiku…..sudah cukup!!! Seandainya Dia bisa dihilangkan dari memoriku agar aku bisa melupakannya dan tidak mengingat-ingat Dia lagi…Seandainya saja otakku ini bisa dicuci dari segala hal-hal atau apapun yang berhubungan dengannya sehingga aku bisa terbebas dari segala siksaan yang tidak penting ini….(kukatakan tidak penting karena menurutku mengingat maupun menangisi Take-san itu, memang pekerjaan yang tidak penting).
“JANGAN HUBUNGI AKU…. !!! DASAR LAKI-LAKI BODOH….!!!!” Teriakku kemudian. Handphone itu masih saja terus berdering, aku sampai bosan mendengarnya.
Beberapa saat kemudian, ada beberapa pesan yang masuk…tidak, bukan beberapa tapi banyak sekali…sekitar 40 atau 50 pesan….dan semua pesan itu bernada sama…

“KAU DMN??....CPT PLNG!!
qU jmPuT U
…………………
By tAke”
Kapan pesan ini dikirimnya??..banyak sekali, kenapa aku tidak merasakannya…tapi biarlah. Aku hanya berharap Dia tidak bisa menemukanku kali ini.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar