Selasa, 20 Oktober 2009

The Story Of Love "Sakuraba Takeshi" Part-1 chapter: "MY FIRST KISS"

Hari ini tepat bulan keempat sejak kami tingal bersama. Waktu berjalan begitu cepat…kami ‘pun semakin akrab…sangat mirip seperti Ayah dan Anak bahkan, beberapa tetanggga berkata demikian…kami melakukan segalanya bersama-sama makan, nonton, shopping dan hal-hal menyenangkan lainnya. Saat Ia pulang kerja aku menyiapkannya makan malam,…setelah itu kami nonton DVD bersama, makan cemilan,…kemudian bercerita mengenai kegiatan kami selama seharian penuh, Itulah keseharian kami…sungguh menyenangkan.
Terkadang, tanpa sadar aku memanggilnya Ayah…lalu sebentar-sebentar kakak,…lalu sebentar-sebentar lagi,…Take-san…hehehehehehehe lucu sekali…Tapi, aku suka. Aku menyukai Take-san…Ia baik dan juga sangat perhatian…aku senang. Kuharap, Takesan akan tetap selalu ada bersamaku,…tanpa ada sebuah kata “perpisahan” seperti yang terjadi pada Ibu dan Ayah…Aku harap dia tetap disini…karena, kusadari bahwa aku bukanlah tipe gadis yang mandiri,…aku membutuhkan seseorang… seseorang seperti Take-san. Apalagi pada saat-saat seperti ini…
“Minum obatnya secara teratur. Jangan sampai dibuang lagi…”
Aku mengangguk. Kuminum obatnya, butirannya banyak sekali ada tiga atau empat…sementara Dia memperhatikanku melakukannya. Obatnya, pahit…
Kemudian ia menaruh tangannya diatas kepalaku…
“”Lumayan turun…”katanya kemudian.
“Take-san, maaf…gara-gara aku kau batal berangkat kekantor…”
“Tidak apa-apa,…aku sengaja tidak kekantor, karena jika kau membutuhkan sesuatu aku bisa membantumu”
“Tapi, sakitku ‘kan tidak terlalu parah…paling-paling juga hanya butuh istirahat dua hari…”
“ kau cerewet…jika kubilang “aku tetap disini” ya aku akan tetap dsini…” katanya bersikeras.
“Take-san…”
“Ya”
“Jangan pergi,…tetaplah disni…”
“waaaaa…kau plin-plan, bukannya tadi kau menyuruhku pergi?....”
“Bukan itu…maksudku, jangan pergi dari rumah ini”
Ia tersenyum… “Iya, terserah kau saja…”
Jujur kuakui…saat Ia tersenyum, Ia tampan…tampan sekali. Saat Ia sedang berfikir serius ‘pun atau sedang marah-marah, Dia tetap tampan…Take-san, seperti laki-laki tanpa celah,…Ia sempurna. Aku senang punya Ayah seperti dia.
*****
Keesokan harinya, teman-temanku datang berkunjung…Katanya mereka khawatir padaku. Padahal, sudah beberapa kali kukatakan bahwa sakitku tidak begitu parah hanya flu saja…tapi mereka tidak percaya…dasar teman-teman…
“Waaaaaaaa…..Aibara, yang benar saja…siapa laki-laki tampan itu…?? Ya Tuhan…!!! dia tampan sekali…!!! bintang film ya….???”
“Yumi,…kau terlalu berlebihan, dia itu pamanku”
“Paaaamaaaaan….tampan sekali pamanmu…???”
“E, Miku kau tahu tidak…tadi, saat kami baru datang….kami pikir kami salah Alamat…Malahan Yumi sempat keluar-masuk beberapa kali untuk memastikan kalau nomor rumahmu itu ya Apartement nomor 210 lho…” Makoto menjelaskan…pantas saja, tadi mereka ribut sekali, ternyata ada salah paham dengan Take-san.
“Iya Miku,…untung saja paman yang tampan itu meyakinkan kami bahwa ini memang rumahnya Miku…habisnya, kami ‘kan tidak tahu…kami pikir miku itu tinggalnya sendirian…” Yumi menjelaskan dengan gaya khas bicaranya.
“Waaa…Miku, kau beruntung bisa dirawat olehnya…” Makoto menimpali.
“Hehehehehe….Kalian ini bisa saja,…Dia benar-benar pamanku…”
“Awalnya, kupikir dia pacar Miku…”
“hehhehehehehe…..” Aku tertawa melihat tingkah kebingungan kedua temanku.
“Tapi, entah kenapa menurutku kalian itu serasi…”
“Mana bisa begitu makoto….”
“ Kalau begitu, buat aku saja ya Miku…heheheheh”
“Eeeee..eee diam Makoto….dia datang…”
Benar saja, Takesan tiba-tiba muncul didepan pintu kamarku dengan membawa dua gelas besar Limun penuh.
“Waa..Paman jangan repot-repot…”
“Kalian ini ‘kan tamunya Miku…jadi tidak apa-apa…”
“Terima kasih…” jawab keduanya bersamaan
“Sudah ya…aku kedepan dulu. oke”
“Oke…”
(Sesaat Setelah Take-san pergi…)
“Waaaaaaaaaaa….tampan sekali….Miku, kau beruntung…!!!!!!”
“Sudahlah teman-teman…hentikan pikiran-pikiran konyol itu dari otak kalian…”
Disatu sisi aku menyangkal… tapi, disisi lain hatiku mengatakan…Bohong jika aku bilang bahwa “Take-san itu tidak tampan…” Dia memang sangat tampan….selain itu, dia juga dewasa…baik hati,…dan sangat perhatian. Apalagi disaat aku sedang sakit seperti ini…Dia sosok Ayah yang kubutuhkan.
*****
Makoto dan Yumi pulang sekitar pukul 17.00 sore. Jangan salah…bukan karena keinginan mereka ingin berlama-lama disini…tapi karena Take-san. Dia menceritakan banyak hal kepada keduanya dan kelihatannya itu seru sekali…Yumi dan Makoto kelihatan sangat tertarik dengan cerita konyol mengenai hantu penunggu gedung sekolah di SMA-nya Take-san dulu,… sampai-sampai mereka melupakanku…lalu setelah cerita seramnya berakhir dengan kematian salah satu teman Take-san,…cerita berikutnya mengenai Klien Take-san yang banyak mintanya dan kurang mengerti dengan bahasa Jepang karena kebetulan orang itu berasal dari Turky…tak terbayangkan, betapa sulitnya Takesan berkomunikasi dengan keluarga itu… mendengar cerita-cerita bohong itu, teman-temanku kelihatannya senang sekali…apalagi dengan candaan-candaan konyol yang dilontarkan Take-san. Jika bukan karena bunyi Handphone Makoto yang mengagetkan semua orang, cerita-cerita fiksi itu mungkin tidak akan ada endingnya sampai besok pagi…
“Gawat…! aku dicari Ibu..”Kata Makoto
“Ya…sayang sekali, padahal kita masih ingin mendengar ceritanya Take-san…”tersirat rasa kecewa pada raut wajah Yumi.
“Ya sudah, lain kali kalian kesini lagi ya…” kata Take-san sambil tersenyum.
“Benar ya…Lalu cerita selanjutnya apa??”…keduanya bertanya secara bersamaan
“Tentang gadis keras kepala yang sedari-tadi sangat bosan mendengarkan cerita-cerita pamanya…”
Lalu mereka bertiga tertawa…karena Take-san rupanya menyinggungku…
*****
(30 menit setelah kepulangan temanku…)
“Hey, apa yang kau lakukan…?”
“Tidak apa, ini hanya pekerjaan kecil…mudah saja kok…”
“Tapi kau ‘kan masih sakit….mana bisa kena air, lagipula ini sudah malam, suhu airnya pasti jauh lebih dingin…”
“Tapi ini ‘kan hanya gelas…”
“Jangan dicuci, biar aku saja…”
“Tidak apa-apa…”
“Miku…!!! Dengar aku…!!” Ia membesarkan suaranya.
“Ya….”
“Sudah hentikan…biar aku saja,…” katanya kemudian. Kali ini suaranya jauh lebih pelan.
“Iya deh…”
Lalu Take-san memapaku kembali kekamar…
“Tidur saja lagi…”
“Iya…” Aku mengangguk pelan…sembari kubaringkan tubuhku pada permukaan tempat tidur yang lembut.
Kemudian ia menempelkan lagi telapak tangannya didahiku…entah kenapa Take-san sering melakukan itu…tapi, biar sajalah…toh aku suka. “Badanmu masih hangat…”
“Kau harus menuruti semua perkataanku ya…?”…
Aku mengangguk.
“Take-san….terima kasih…”
Dibelainya rambutku hingga poniku tersikap…belaiannya begitu menenangkanku,…tangannya sedikit kasar tapi hangat… “Miku…, Miku…,Miku…” Take-san membisikkan namaku beberapa kali…“Aku khawatir padamu,…Jadi jangan melakukan hal-hal yang dapat membuatku marah-marah. Oke”
Aku mengangguk “Take-san…” tanpa sadar aku menyebut namanya…
Dia masih saja terus membelaiku….namun kali ini kami saling bertatapan. Matanya,…aku baru tahu kalau matanya Take-san itu berwarna cokelat…mata itu, mata yang tajam…Tidak salah memang jika Makoto dan Yumi mengatakan kalau Take-san Itu tampan, Ia memang tampan,…bahkan sangat tampan. Sebenarnya aku juga mengakui itu, tapi…mungkin tidak akan pernah kuucapkan dihadapannya seperti yang dilakukan Yumi maupun Makoto…mana ada anak yang mengatakan kalau “Ayahnya” tampan…Aku berjanji tidak akan mengatakan itu.
“Take-san…boleh aku memegang wajahmu…?”
“Boleh saja,…”
Kutaruh salah satu tanganku pada wajahnya, kemudian kuelus pipinya…sedikit kasar akibat jenggot-jenggot halus. “Kurasa paman butuh cukuran…”
Ia tersenyum mendengar ucapanku….masih kuelus wajahnya sementara Take-san masih membelai rambutku.
“Apa…” Take-san mengatakan sesuatu tapi kurang jelas…mungkin “apa” aku kurang mendengarnya dengan baik… karena terlalu terbuai dengan belaian tangannya yang hangat…sehingga perlahan-lahan mulai kututup mataku…
Dahiku,…tiba-tiba terasa sesuatu didahiku, sedikit lebih hangat. Rasa hangat itu cukup lama…perlahan-lahan kubuka mataku kembali, tapi aku tidak bisa melihat apa-apa selain tubuh takesan…tubuhnya menutupi pandanganku. Take-san mengecup keningku….Apakah tidak apa-apa??...perlahan-lahan kemudian kecupan Takesan pindah ke mata kiriku,….Take-san…
“Jangan buka matamu…” bisiknya.
Take-san menyapukan wajahnya di wajahku, bisa kudengar suara nafasnya….dan kini kecupan itu pindah lagi ke bagian pipiku….spontan kututup kembali rapat-rapat kedua mataku.
“Kau itu,…manis sekali…” bisiknya lagi…
“Take-san, jangan,…jangan lakukan itu…..”
“Tidak apa-apa…”
Kenapa??....kenapa take-san seperti ini??...aku menolak, tapi entah kenapa tubuhku mengatakan lain…kemudian Dia memegang satu lenganku.
“Miku…”
Dia melepaskan kecupannya dipipiku….Kubuka mataku, lalu Dia tersenyum..dan kini kami saling bertatapan. Namun entah mengapa matanya itu memancarkan seberkas cahaya yang berbeda dari yang biasanya. Dia bukan seperti Take-san yang kukenal, Sorot mata yang tidak biasa....sorot mata yang tajam…sorot mata yang serius…sorot mata seorang laki-laki,…apa ini?? Apa maksud dari tatapan itu??....
Kemudian Ia mendekatkan wajahnya ketelingaku…lalu berbisik… “Miku,…berbagilah denganku…kumohon” Bukan berbisik, kali ini dia tidak berbisik…lebih tepatnya,…mendesah…
“Take-san…”
Take-san tersenyum…Spontan Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku…lebih dekat..dan lebih dekat… bahkan sangat dekat…saking dekatnya, hingga aku merasakan sesuatu dibibirku, rasa itu…rasa lemon,…tapi bukan…lebih tepatnya rasa limun…rasanya fresh, rasa segar itu menguasaiku…sedikit kecut…tapi hangat. Lalu tiba-tiba aku menyadari sesuatu…sesuatu yang mengatakan bahwa ini tidak boleh terjadi.
Tidak, tidak Take-san…bukan seperti itu…jangan…! Take-san, jangan kecup bibirku...tidak boleh…pokoknya tidak boleh! ini tidak mungkin ‘kan….??? Take-san..Dia menikmati itu. Beberapa kali Ia bergumam sesuatu, tapi kurang jelas. Tidak…!!! Kumohon hentikan…tapi aku tidak berdaya, Dia menguasaiku….lalu,…Lama-kelamaan aku mulai merasa sesak,…Dia bahkan hampir-hampir menindih keseluruhan tubuhku. Hentikan…!!! Aku mencoba melepaskan diri tapi tubuhnya terlalu kuat...Dia mengunci tubuhku…dan kali ini aku benar-benar tidak bisa bernafas,…tidak hanya itu,….rasanya sakit,…aku menangis…aku sudah tidak tahan lagi….aku aka mati rasanya. Ini seperti tenggelam didalam kolam…tanpa udara..Tidak…tidak…tidak…!!!
“TIDAK…..!!!!” Entah aku mendapatkan kekuatan itu dari mana..tiba-tiba saja aku mampu melepaskan diri lalu mendorongnya…butuh tenaga besar untuk melakukan itu mengingat Take-san itu adalah sosok laki-laki yang tinggi dan besar…spontan Ia tersungkur kebelakang…Dia kelihatan sangat terkejut dengan aksi menolakku…
Sementara aku hanya bisa menangis…menangis sejadi-jadinya…berteriak sekuat-kuatnya…Tapi itu percuma saja karena seluruh ruangan di Apartment ini kedap udara….yang bisa kulakukan hanya menangis sekeras-kerasnya….ingin sekali aku berontak, tapi aku tidak berdaya…kepalaku sakit…dan seluruh tubuhku lemas….Rasa marah, malu, takut, sedih, benci, kesal,…semuanya bercampur menjadi satu….membentuk suatu rasa…rasa “kesakitan yang mendalam” dan rasa itu memenuhi seluruh ruang-ruang di kepalaku…
Dia,…Take-san, baru saja membuktikan bahwa dirinya bukan Apa-apa bagiku…Dai baru saja membuktikan bahwa Dia adalah laki-laki rendahan,…Dia baru saja membuktikan bahwa Dia hanyalah laki-laki yang mengharapka sesuatu dariku selama ini. Kebaikannya selama ini benar-benar telah menipuku….Tidak…!!! Take-san itukah dirimu yang sebenarnya…???....Padahal selama ini kau kuanggap sebagai keluargaku sendiri. Aku masih terus menangis….menangisi kebodohanku. Sementara Dia, tidak bergerak sama sekali dari tempat terakhir Ia jatuh….matanya tak berkedip sedikitpun…tersirat rasa tidak percaya dan rasa kaget luar biasa dari raut wajahnya…Dia terus memandangiku yang sedang menangis entah apa yang sedang dipikirkanya.
Sementara aku…menyedihkan. Take-san…mengapa akhirnya jadi seperti ini…? Kau adalah orang yang kupercaya…kau adalah orang yang kuanggap seperti keluargaku sendiri..kau adalah orang yang kuanggap seperti AYAHKU…Ayah pengganti kedua orang tuaku…tapi kenapa kau tega???...setidaknya jika kau ingin melampiaskan nafsu setan-mu itu,…lakukanlah dengan orang lain, bukan diriku…kenapa harus aku???....bukankah kau bilang bahwa aku ini anakmu??....tapi kenapa kau tega menyakitiku???….mana ada Ayah yang seperti itu….kau pembohong….!!!aku benci kau!!!! Seharusnya aku tahu ini sejak awal,…aku memang bodoh.
Kekecewaan ini…tak akan pernah terlupakan, kekecewaanku kepada Take-san…laki-laki yang kupercaya, kini dia merusak hubungan itu. Aku tidak rela….Aku tidak rela di sentuh olehnya….!!! kuseka bibirku begitu juga dengan seluruh wajahku yang tadi disentuhnya…aku tidak sudi…!!!aku jijik!!!
“KAU JAHAT TAKE-SAN…..!!!!!!!” teriakku disertai tangisan..
Dia tetap diam. Sesaat Ia membasuh wajahnya dengan kedua tangannya….lalu menghembuskan nafas...hanya itu ekspresinya. Sungguh bejat….ia tenang sekali menghadapi ini semua….Apa Dia menganggap bahwa ini bukan masalah…??...atau Dia memang tidak peduli dengan semua yang terjadi…
*****
Laki-laki yang bernama Sakuraba Takeshi baru saja memperlihatkan wujud aslinya yang sebenarnya. Wujud asli yang selama ini tertutupi oleh seluruh kebaikan, keramahan, dan kepedulian PALSU-nya padaku. Aku masih saja tidak percaya jika…ciuman pertamaku direnggut oleh laki-laki yang telah kuanggap sebagai Ayahku sendiri, apa yang ada dalam benak Take-san sehingga Dia nekad melakukannya???...tidakkah Ia merasa bersalah…??? Lalu kenapa ekspresinya biasa-biasa saja setelah kejadian itu…?? Take-san, tega sekali kau…Aku benar-benar salah menilaimu, tak ada lagi sosok Ayah…yang kini ada hanya rasa kebencian yang sangat besar dan memenuhi seluruh jiwa dan pikiranku.
Take-san, kau hampir saja membunuhku. Tidak hanya dengan ciumannya yang mengagetkan dan membuatku hampir mati karena susah untuk bernafas, tapi…tingkah lakunya selama ini…tingkah laku “munafik” yang memang benar-benar dapat membuat siapa saja tergugah hatinya...betapa baiknya dia, betapa ramahnya dia…itu semua ternyata PALSU. Jelas apa yang dilakukannya padaku hanyalah sebatas nafsu….nafsu bejat!! Tidak tulus…!!! Hanya sebuah keinginan sesaat, dan jelas itu melecehkanku…Dia pikir aku ini gadis seperti apa???...yang ingin diperlakukan seenaknya saja olehnya…?? sesuka hatinya…??
Take-san…kupikir selama ini Ia mengerti diriku, tapi ternyata tidak…Dia tidak mengerti beberapa hal mengenai diriku bahwa…bagaimana aku mengagumi sosok Dia sebagai Ayah… bagaimana aku menghormati dan menghargai dirinya…bagaimana aku mempercayainya…dan…bagaimana Ia tidak mengetahui bahwa aku bukan gadis yang tepat tempat Ia melampiaskan nafsu lelakinya itu…Bagaimana dia tidak menyadari benar berapa usiaku dan berapa usia Dia sekarang…dan betapa sakit hatinya aku karena…Aah!!!…sudahlah, aku tidak sanggup lagi. Sejak awal aku memang melupakan sesuatu…melupakan bahwa Dia adalah laki-laki asing yang baru saja kukenal selama empat bulan dan membiarkan kami tinggal bersama dalam satu atap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar