Selasa, 20 Oktober 2009

The Story Of Love "Sakuraba Takeshi" Part-1 chapter: "PAMAN YANG TEGA SEKALI"

Laki-laki yang paling tega didunia”…kuberi di julukan itu, atau lebih tepatnya “paman yang tega sekali….” Sekarang apa? Aku hanya bisa duduk diam didepan TV, merenung, dan tak ada makan malam. Gawat, malah sekarang aku lapar. Kulirik jam dindingku, sekarang pukul 21.00…ini sudah lewat jadwal makan malamku…sial…!!!
“TRING….! TRING…! TRING…!!” bel berbunyi
Ada yang datang, tapi siapa?... Tidak mungkin paman dan Bibi dari Kyuzu…paling tidak mereka akan menelepon terlebih dahulu jika memang ingin berkunjung. Lalu siapa??...Ini benar-benar tidak biasa…selama aku tinggal di Apartment ini, baru kali ini ada tamu yang datang berkunjung diatas pukul 18.00 malam. Segera saja kuberanikan diri untuk membuka pintu.
“TRING….! TRING…! TRING…!!” bel berbunyi lagi…
“Iya…! Tunggu sebentar” aku berlari kecil menuju ruang depan.
“TRING….! TRING…! TRING…!!” pada bunyi bel yang ketiga, pintu kubuka dan…..
*****
Paman yanga tega sekali…kini ia muncul didepan pintu rumahku,….
Apa?...kenapa?...mengapa dia tahu rumahku?... apa dia menguntitku?...apa dia orang jahat?...apa dia punya maksud jahat…?...pikiran-pikiran buruk terus saja memenuhi otakku.
“untuk apa lagi anda kemari?”
“Jadi kau yang tinggal disini?” ia balik bertanya, wajahnya tetap tenang…tak tersirat ekspresi kaget baik dari air mukanya maupun dari nada suaranya,…tenang sekali. Berbeda denganku, perasaan campur-aduk memenuhi otakku… perasaan kaget, curiga,…waspada kalau-kalau orang ini mempunyai maksud dan tujuan lain”
“E….mmaaf Nona Aibara, ini mungkin hanya sedikit salah paham tapi…sebenarnya, aduh, bagaimana ya menjelaskannya…Sebenarnya…e, e…rumah ini…” seorang pria tua gendut berbicara, ia enggan menyelesaikan kalimatnya seperti terbebani sesuatu…ternyata sedari-tadi ia berdiri disamping “paman yang tega sekali”….dan tebak siapa dia….petugas dari Dinas Sosial yayasan tempat aku terdaftar sebagai Anak Yatim Piatu.
*****
“Begitukah?...tapi, kenapa tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu dari Dinas Sosial?...”
“E…, maaf sebenarnya ada sedikit kesalahpahaman disini…jadi, Apartment ini sebenarnya telah dikembalikan hak kepemilikannya dari Dinas Sosial kepada Yayasan pemilik Apartment…,
jadi, Dinas sosial tidak punya hak lagi atas apartment ini,…saya harap Nona Aibara bisa mengerti apalagi sejak kematian Ibu anda,…itu artinya hak atas Apartment ini dalam masa penangguhan dan terdaftar sebagai Apartment dengan status “kosong” anda mengerti ‘kan? Pemilik apartment tidak ingin mengambil resiko kerugian… maka dari itu, merekan menjualnya satu minggu lalu kepada Sakuraba-san ini…”Jelasnya panjang lebar.
“Tapi, aku ‘kan masih menempati Apartment ini,…lagipula jika memang tempat ini akan dijual pastinya ada surat keputusan resmi terlebih dahulu dari Dinas Sosial ‘kan?”
“Iya, jadi begini…sebenarnya Sakuraba-san baru akan menempati Apartment ini dua bulan lagi, Tadi itu sebenarnya aku dan Sakuraba-san berjanji bertemu disini hanya untuk melihat-lihat keadaan apartmentnya saja, hanya masalah kelayakan guna. Tapi, Sakuraba-san tiba-tiba saja memutuskan ingin bertemu dengan pemilik apartmentnya, jadi beginilah…saya harap Nona Aibara tidak terganggu dengan kedatangan kami”
“Jadi dua bulan lagi ya…, lalu setelah itu aku akan tinggal dimana?” Selamat Miku, doamu terkabulkan…kau akan kehilangan Apartmentmu.
“Tenang saja, dinas sosial akan mengurus segalanya. Anda mungkin akan ditempatkan pada Panti Asuhan dikota Kyoto…”
Panti Asuhan…??? Kyoto…? Jauh sekali…bagaimana ini…??? Sesaat aku merasa pusing, rasanya aku ingin lepas dari semua masalah ini…seandainya waktu bisa berputar kembali… kembali pada saat-saat aku bersama Ibu…. Saat-saat yang menyenagkan dalam sebuah keluarga kecil. Sudah begitu,…aneh rasanya jika aku harus meninggalkan Apartment ini, karena itu sama saja aku harus meninggalkan segala bentuk kenanganku bersama Ibu maupun teman-temanku. Aku akan Ke Kyoto, jauh sekali. Disana aku tidak punya keluarga ataupun kerabat,…tak ada siapa-siapa disana, aku pasti akan menjadi orang asing…Akupun bukan tipe orang yang cepat menyatu dengan lingkungan baru,…jadi sudah pasti aku akan kesepian. Kyoto…bagaimana ini…??? Haruskah aku kesana…???
“Tidak seperti itu ‘kok…” Paman yang tega sekali itu akhirnya angkat bicara.
“Bagaimana….?? Maksud Sakuraba-san???...”
“Sebenarnya, dia masih ada hubungan keluarga denganku…dia keponakanku”
Apa…???!!! KEPONAKAN???...yang benar saja, namanya saja aku tidak tahu…mana bisa punya hubungan keluarga….Paman ini bodoh sekali…!!! Kalau mau berbohong itu,…yang “wajar-wajar” saja…
“Ia masih keluargaku,…sepupu Ibuku merupakan ipar kemanakan dari ipar sepupu Bibi anak ini, disamping itu, dulunya kakek buyut kami pernah satu perantauan pada pulau terpencil yang jauh sekali…. Jadi kau mengerti ‘kan…kami memang masih satu keluarga. Benar begitu ‘kan Aibara?...” Kali ini ia menyebut namaku.
Apa Ia membantuku agar aku tidak diusir dari Apartment ini?....waaaaa..paman ini aneh.
“Jadi maksud Sakuraba-san…???” Petugas Sosial kelihatannya masih bingung dengan penjelasan dari paman itu.
“Iya, aku akan bersama anak ini untuk tinggal di Apartmentnya…Tidak masalah ‘kan…? Apalagi dia salah satu kerabatku. Lagipula, tadi kau sempat menyebutkan Ibunya Ibunya sudah meninggal… jadi, biar dia menjadi tanggung jawabku…dengan begitu, dia tidak perlu jauh-jauh ke Kyoto…. Disini ‘kan masih ada pamannya…benar begitu Aibara?” Tenang, Ia tenang sekali saat berbicara,…sopan, berwibawa, keren….berbeda sekali dengan dia yang ditaman. Inikah sosok asli orang ini??...ia rela berbagi rumah denganku agar aku terhindar dari yang namanya “Panti Asuhan”…ia rela tinggal bersamaku….lalu bagaimana nantinya aku bersikap dihadapannya? Apalagi setelah kejadian ditaman tadi sore…Tapi masa’ aku harus berbagi rumah dengan orang yang menyebalkan ini?...apa aku sanggup? Aku tidak punya pilihan lain…pokoknya aku tidak boleh meninggalkan rumah ini. TITIK!!! walaupun itu artinya aku harus rela tinggal bersama orang yang tidak kukenal…sekacau apapun nantinya…akan kujalani. Semangatlah Miku….!!!
“Baiklah kalau begitu,…terserah Tuan saja” petugas sosial ‘pun tak bisa berkutik mendengar penjelasannya.

( 15 menit kemudian….)
“Aku tahu, mungkin kau kurang begitu senang jika harus berbagi rumah dengan orang yang tidak kau kenal…apalagi orang itu baru saja bermasalah denganmu ditaman tadi sore…benar begitu ‘kan?...Tapi kurasa kau tidak punya pilihan lain selain melakukannya dan menerima segala keputusanku. Kita sama-sama tahu, kehidupan dipanti asuhan itu seperti apa…makanya, aku berbohong pada petugas sosial bahwa kau adalah keluargaku… dengan begitu kau terbebas dari pemindahan itu….atau jika kau memang berniat untuk pergi ke Kyoto….”Ia belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika kukatakan…
“Terima kasih…terima kasih…!..Tuan”Kurasa aku hampir menangis, terharu dengan kebijaksanaan paman ini.
“Besok,…aku akan panggil orang untuk men-Design ulang Apartment-nya sehingga menjadi dua bagian jadi kita bisa berbagi…kau mengerti maksudku ’kan, tadinya yang kujadwalkan kalau aku akan menempati rumah ini dua bulan lagi kumajukan sedikit menjadi besok sore”
“Iya pak aku mengerti…tidak mengapa”
“Jangan sunkan begitu, anggap saja ini permintaan maafku padamu atas kejadian tadi sore”
Aku mengangguk pelan. Dia benar,…seperti apa kehidupan dipanti asuhan?...bisa saja disiksa, ditindas,…Dan yang paling memilukan, penuh dengan rasa kehilangan dan juga kesepian mendalam… mana tahan aku hidup dalam suasana keras seperti itu?…aku yang selama ini selalu dimanja oleh Ibu…mana bisa hidup menderita? Makanya aku bersikeras tetap tinggal di Apartment ini.
“Siapa namamu nak?” paman itu bertanya.
“Aibara…namaku Aibara Miku”
“Miku…jadi namamu Miku, Aibara miku hm…..”
“Iya, itulah namaku”
“Nah, Miku…jadi sekarang kita serumah. Karena diantara kita berdua aku yang paling tua, jadi kau harus mengikuti seluruh perintah maupun peraturan yang kubuat…mengerti?”
Apa-apaan ini….? Kok dia jadi berubah begini….dia menjelma menjadi Diktator.
“Baiklah. Peraturannya tidak muluk-muluk, pendek saja…hanya terdiri dari dua kalimat utama. Kau harus MEMASAK dan MENCUCI…!!!”
“Ttttapi…”
“Sepulang sekolah tentunya. Jadi begini,…saat aku hendak berangkat kekantor, kau harus menyiapkan sarapan pagi…imbalannya kau kuantar sampai kesekolah, jangan khawatir uang jajanmu biar aku yang menanggungnya…dan karena aku pulang kerjanya malam, maka kau juga harus menyiapkan makan malam untukku. O iya, satu catatan kecil...dimalam hari aku paling benci makan makanan tumisan atau yang kering-kering jadi semua harus yang berkuah ya…catat itu baik-baik. Nah, disiang harinya,…gunakan waktu luang itu untuk mencuci seluruh pakaian kotorku…dan satu hal, jangan sekali-sekali kau berani membawa pakaianku itu ke Binatu…soalnya itu pasti pakai uang. Hm,….apa lagi ya???....O iya dihari libur, manfaatkan waktu pagimu dengan bersih-bersih rumah….kadang kebersihan itu mencerminkan kepribadian sang pemilik rumahnya lho…”
Orang ini,sesaat kupikir dia orang baik yang dermawan, tapi nyatanya,ia tega sekali. Tapi mau diapakan lagi, rumah ini memang telah syah menjadi miliknya…wajar jika ia memerintahku…walaupun itu terlalu Over. Yang namanya Tega tetap saja tega…
“Iya…” jawabku pelan.
‘Kok jawabanmu lemas begitu, ini hanya pekerjaan kecil ...masa’ kau tidak sanggup?...waaa kau ini….dizaman susah seperti ini, mana ada yang gratisan!…enak saja mau numpang gratis…kau harus kerja!!” Dia mengoceh dan terus terang saja,…itu menyinggungku.
Dulunya, Jika ada Ibu…kami pasti mengerjakan pekerjaan rumah bersama-sama…dan itupun untuk kepentingan kami sendiri. Tapi sekarang, aku malah harus bekerja demi kepentingan orang lain….yang lebih parahnya lagi itu terjadi dirumahku sendiri. Malang sekali nasibku…

*****
Paman itu,… aku hampir saja mengagumi dirinya dengan sikapnya yang tenang itu. Tapi ternyata…dia sok perintah, seenaknya, malas, tukang tidur, dan masih banyak lagi sifat–sifat jelek lainnya yang tidak bisa kujabarkan satu-persatu…(jika tetap kulakukan, sampai besok juga tidak akan ada habisnya…).
Hari ini genap tiga bulan kami tinggal bersam, hari-hari yang kulewati bersamanya begitu rumit. Dia benar-benar menganggapku sebagai pelayannya, suruh ini…suruh itu…beli yang ini,..beli yang itu,…jangan begitu…dan…entahlah masih banyak perintah-perintah lainnya….capek sekali. Parahnya lagi jika hasil kerjaku itu tidak sesuai dengan keinginannya, dia pasti akan marah-marah, mengomel, dan menyumpa-nyumpah tidak jelas misalnya…”percuma kau besar begitu, tapi malas!!” atau “dasar lamban!!!” ada juga yang seperti ini “makanan apa ini!! lembek sekali…!!!” dan yang bunyinya seperti ini…“kau mandinya lama sekali…!!! apa yang kau lakukan dikamar mandi, mengeram???! ayo masak untukku..!!!” apa dia pikir aku ini ayam?? Atau aku memang mirip dengan ayam??...dan yang paling-paling membuatku tersinggung, kejadiannya terjadi kemarin siang saat aku beristirahat setelah seharian mencuci pakainnya yang benar-benar banyak…
”Jangan tidur siang terlalu lama itu…nanti kau bangunnya sore, bisa-bisa kau lupa memasak untukku..”
lalu kujawab dengan sabar “Tapi, inikan hari Libur…”
”Libur?... libur apanya?!!…kau pikir ini sekolah, pakai acara libur-liburan??? Ayo bangun!!!”
“sebentar lagi ya…aku mau tidur siang sebentaaaaaaaar saja…”
”Tidur ya?...baiklah. Kau pikir dengan tidur siang seperti itu, tubuhmu akan menjadi besar ??? mau gendut??? Hmmm….aneh juga yach, tubuhmu itu kecil-kecil saja tapi kok itu…waaaaaaaa…..” Dia memandangiku…entah apa yang ada dalam pikirannya….pasti pikiran cabul. Kurang ajar!!! tega sekali dia melecehkanku,….padahal aku ini ‘kan anak-anak…
“Hehehehehehehehehehehihihiiiiiiihehhehh…..gizimu itu kurang baik atau malah terlalu baik ‘sih?? hehehehehehihhhihihhehehe…hmmpmmhmppp….!!!! aku mengerti, aku mengerti…kau masih dalam masa pertumbuhan’kan? Wajar saja…..”kini ia tertawa.
“Apanya yang lucu?” tak kuperlihatkan ekspresi “marahku” dihadapannya…bisa-bisa ia langsung melemparku dari lantai 12.
“e, Oo….tidak,… ya sudah tidur saja lagi. Kudoakan semoga usahamu itu berhasil, semoga tubuhmu menjadi sedikit lebih besar dan berisi agar menjadi sedikit lebih seimbang hehehehe….” dengan entengnya kata-kata kurang ajar itu keluar dari mulutnya. Dasar paman-paman genit!!!
Mendengar sindirannya yang entah maksudnya “apa” itu…aku langsung bangkit dan menghentikan aktifitas tidur siangku.
Ya Tuhan…!!! Bagaimana aku bisa tahan hidup serumah dengan orang yang menyebalkan seperti ini?...jika bukan karena…aku merasa Apartment ini sangat berarti bagi diriku, mungkin sudah lama aku pergi meninggalkannya dengan segala aturan dan perintahnya yang menyebalkan itu. Ingin sekali aku marah dan berontak, lalu setelahnya…bisa dipastikan dia akan mengusirku mentah-mentah lalu akan dikatakannya pada petugas sosial “ maaf…aku tidak bisa mendidik anak itu dengan baik, aku sudah melarangnya…tapi ia nekad untuk pergi, mungkin aku bukan keluarga yang baik untuknya…”iiieeeeeh…menjijikkan sekali.
*****
Kemarin itu hari minggu. Hari ini ternyata tanggal merah…tau itu artinya apa? Dia tidak kekantor, aku tidak kesekolah, dan pastinya “bersih–bersih rumah”. Sebenarnya mudah saja jika aku ingin lepas dari “penyiksaan” yang memilukan ini, TINGGAL MENCARI PEMBANTU. Jika ia mampu membeli Apartment sebesar ini dengan uang tunai, berarti uangnya banyak’kan??...masa’ menyewa pembantu saja tidak bisa…Terakhir kali saat kuusulkan mengenai ide cemerlangku itu, dia berkata…
“Pembantu itu kurang bisa dipercaya…aku ini orang KAYA, HARTAKU banyak…jika aku harus kehilangan uangku hanya karena dicuri oleh pembantu…itu namanya cari repot”
Alasan yang tidak bisa diterima. Pelit...!!! Kurasa itu hanya akal-akalannya saja, pada dasarnya dia ingin menyiksaku…bahkan mungkin sampai mati. Jadi begini, aku akan terus disuruhnya bekerja hingga aku tidak tahan lagi…saking lelahnya aku sampai putus asa dan akhirnya bunuh diri…mungkin itulah tujuan utama dia yang sebenarnya. Rencana kotor…!!!
Tapi,…entah kenapa lama-kelamaan seiring dengan berjalannya waktu, aku berfikir bahwa yang sebenarnya jahat diantara kami itu adalah aku sendiri. Bagaimana tidak, aku selalu saja menuruti segala perintahnya, menjawab semua pertanyaan maupun keluhannya dengan nada bicara yang sopan,…melakukan kewajibanku bak seorang pembantu,…memasak makanan, mencuci pakaian, bersih-bersih rumah…dan masih banyak lagi…lalu itu membuat seolah-olah aku ini adalah gadis baik hati yang penurut. Selama aku tinggal bersamanya, tak satupun perintahnya yang luput dari perhatianku…semua pasti kukerjakan dengan baik (walaupun kadang-kadang ia juga kurang puas…). Saat ia memarahiku ataupun membentakku dengan kata-kata kasar, tidak pernah kuperlihatkan dihadapannya kemarahaku yang sebenarnya…walaupun hatiku menangis, tapi aku tetap diam…seolah-olah tunduk terhadap perintahya. Itu semua sebenarnya palsu, tidak tulus dari dalam hatiku. Sebenarnya, hatiku merontak dan berteriak “TIDAK….TIDAK!!...TIDAK…!!!” tapi…tetap saja kulakukan, sepertinya saja aku rela menjadi pelayan setianya…betapa munafiknya aku…!
Dia…sudah terlalu percaya dan menyerahkan semua urusan rumah padaku, namun tanpa sepengetahuanya aku… aku sudah menghianatinya didalam hatiku. Sebenarnya aku benci dia…!!!...aku benci Paman itu…!!! Ini semua kulakukan hanya demi Apartmenku.
“He…sedang apa kau disitu?? lama sekali…!!”Lamunanku terhenti oleh suaranya…ia tiba-tiba masuk kedapur.
“Iya,…tunggu sebentar, akan segera kubawa ke-meja…” jawabku.
“Tunggu..??? kau menyuruhku menunggu?? Kau sudah lama sekali itu…apa kau pikir perutku ini bisa menunggu…??!!!” ia membentak lagi. Dasar tidak sabaran.
“Iya maaf,…tapi ini ’kan belum matang…”
“Memangnnya kau masak apa sih?? Lama sekali…”
“e…anu….ini,….hanya telur dadar. Bersabaralah paman, tidak akan lama lagi kok…”
Kemudian ia menengok ke arah makanan yang sementara ini kumasak…
“Telur dadar apanya??? Jelek sekali…Mana ada telur dadar yang modelnya Seperti itu….” Katanya sambil menunjuk-nunjuk masakanku. Kali ini Ia lagi-lagi menghina masakanku, ini bukan untuk yang pertama kalinya...
“Iya pamaaan,…tapi ini ‘kan belum masak sepenuhnya…” aku tetap menjawab dengan sabar. Laki-laki ini….kapan aku bisa menjadi gila lalu kehilangan kesadaran sehingga aku bisa membunuhnya dengan cara-cara yang sadis.
“Kau ini…sejak awal kuperhatikan masakanmu itu jelek sekali,…kurang menarik selera!! Kau bisa masak tidak sih??!!...mana ada telur dadar dengan model tidak jelas seperti itu…telur dadar itu bentuknya bundar…” kali ini ia mulai penyakit barunya…SOK PINTAR.
“Bisa paman, bisa kok…”
Kemudia Ia mendorongku pelan. “Bisa apanya..?? coba kau minggir, biar aku saja….begini caranya…” diambilnya spatula dari tanganku dan ia’pun mulai mengaduk-aduk telur dadarnya.
Lumayan. Awalnya sih lancar-lancar saja,…tapi seketika menjadi petaka ketika ia….tidak sengaja memegang bagian dari panci yang panas. Surprise…!!!!...
“AAAAAAAAAAA……AAAAA panas…!!!! panaaaaaaas……AAAAAAAA….!!!!” ia menjerit kesakitan. Benar-benar seperti wanita.
Tertawalah Miku…Tertawalah akan kemenanganmu pagi ini, Ia tidak sengaja memegang panci panas dan tangannya terluka. Rasakan itu laki- laki jahat…!!!
“AAAAAA….AAAAA PANAS…!!” Ia semakin menjerit. Itu pasti sakit sekali.
Tapi…tidak, mana bisa aku tertawa bahagia melihat orang lain kesakitan seperti itu…bukan sifat dasarku kalau yang seperti itu. Aku memang benci padanya, tapi buka berarti aku senang melihat dia kesakitan. Bukan seperti ini balas dendam yang kumaksud.
“Siaaall…!!!!” katanya. Kemudian Ia mencuci tangannya dengan air keran lalu mengibas-ngibaskannya…bodoh sekali, itu justru akan membuat tanganmu semakin terluka.
“B…benarkah sesakit itu…? Panas sekali ya…? Tapi jangan dicuci, nanti semakin sakit lho itu….” Aku ikut-ikutan panik.
“Bodoh…!!! kenapa tidak bilang dari tadi…sudah pasti ini panas…”
Ternyata dia benar-benar kesakitan, kasihan sekali dia…
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar