Selasa, 20 Oktober 2009

The Story Of Love "Sakuraba Takeshi" Part-1 chapter: "MOM"

Ini hari sabtu. Ini adalah hari dimana aku melihat Ibu untuk yang terakhir kalinya, sebelumnya Ia… dirawat dirumah sakit karena sesuatu. Awalnya Ibu diam saja tanpa memberitahukan hal yang sebenarnya terjadi, jika bukan karena Dokter…
“Jadi, siapa nama belakangmu?”
“hm…Aibara” jawabku singkat.
Saat itu pukul 13.40, hari jumat…aku datang keruangan Dokter Kawaguchi…
“Kau anak Megumi ‘kan?”…
“SMA di Perfektur apa?”…
Kawaguchi-san adalah dokter yang sangat ramah… kami baru saja berkenalan 3 hari yang lalu saat aku membawa Ibu kerumah sakit tempatnya bekerja…dan ternyata beliau adalah teman lama Ibu semasa SMA. Ketika hujan lebat dan tengah malam, Ibu tiba-tiba pingsan dan seragam kerjanya berdarah…karena panik segera saja kubawa ia kerumah sakit. Aku sangat ketakutan melihat keadaannya yang kritis dan tak sadarkan diri. Kami kerumah sakit dengan keadaan basah kuyup, aku kedinginan, dan dengan kalimat terbata-bata…
“Kawaguchi-san…! tolonglah Ibuku, kumohon”….
Pada saat genting seperti itu, beliau masih bisa tersenyum dan berkata…
“tenang saja.., serahkan semuanya padaku” Katanya ramah.
Tapi…hari ini berbeda. Tidak ada senyum itu, wajahnya sangat tegang dan rahangnya terkatup rapat.
“Kau anak Megumi ‘kan?” beliau mengulangi pertanyaannya.
“hm….iya. Aku…Miku, Aibara Miku” jawabku pelan.
Sebenarnya apa yang terjadi??...mengapa Kawaguchi-san begitu tegang, dan itu membuat suasana /aura disekitarnya ikut menjadi berbeda.
“SMA diPerfektur apa?” …
“Perfektur C”Jawabku lagi.
“Dirumah tinggal dengan siapa saja?” tanyanya.
“Hanya Miku saja dan Ibu” jawabku tetap pelan. Setiap harinya ‘pun begitu. Aku tak pernah membesarkan suaraku saat berbicara. Akupun tak banyak bicara, aku juga bukan gadis yang populer di SMA. Menurutku, Aku anak yang biasa-biasa saja.
“Ayahmu?”
Aku diam, tak ada jawaban. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Kata Ibu mereka menikah pada usia muda, saat itu usia Ibu 18 tahun ketika menikah dengan Ayah. Saat Ibu mengandung aku pada usia kandungan yang ke-6 bulan, Ayah sakit parah dan meninggal jadi,…tak ada bayangan sama sekali mengenai sosoknya. Selama ini aku hanya bersama Ibu, dan akan selalu bersama Ibu.
“Ayah sudah meninggal lama sekali…” kataku beberapa menit kemudian.
Kawaguchi-san mengerutkan keninggnya tanda Ia heran. Mungkin Ia menahan nafas karena beberapa detik setelah ekspresinya itu, beliau menghembuskan nafasnya.
“Ibu…sebenarnya apa yan terjadi pada Ibuku?” kataku, bermaksud mengarahkan pembicaraan ketitik permasalahan.
“Miku, sebenarnya aku benci mengatakan ini, tapi… bagaimanapun kau harus mengetahuinya…”
“Ibuku kenapa??!”…aku mulai panik.
“Tenanglah dulu…”Kata Kawaguchi-san mencoba menenangkanku.
“Ibumu mengalami pendarahan hebat. Dia banyak mengeluarkan darah,…sayang sekali, padahal Megumi masih sangat muda”
“Bagaimana?...”aku kurang begitu paham dengan maksud dari KawaguchiSan.
“Karena terlalu sering bekerja, Ibumu mungkin kelelahan…sementara daya tahan tubuhnya tidak begitu baik. Apalagi dengan kondisi kandungan yang masih sangat muda, Kelelahan yang berlebihan bagi wanita hamil sangatlah berbahaya. Terutama pada bayinya…Akibatnya ia keguguran”
“B…Bayi???...Ibuku M…Mengandung??!!!”
Ini tidak mungkin…!!! mana mungkin Ibuku mengandung Bayi???...mana bisa Ibuku hamil??? sementara aku tidak punya Ayah. Tidak…!!! Ini tidak mungkin…Kawaguchi-san bohong…!!! Aku mengenal Ibuku lebih dari siapapun didunia ini. Kami membicarakan banyak hal bersama, tak ada rahasia…akulah orang yang paling mengerti Ibuku…jika ada masalah atau sesuatu yang penting, pasti kami membicarakannya dan mencari jalan keluar yang terbaik bersama-sama pula. Menurutku, Ibu tidak akan mungkin memiliki kekasih lain selain Ayah…tapi kenapa???....Ini bukan sifat dasar Ibuku.
“Tidak..!!! aku tidak punya Ayah…Mana bisa Ibuku mengandung..!!!” Selama 16 tahun aku hidup didunia, baru kali ini aku membesarkan suaraku saat berbicara dengan seseorang, dan kali ini pula selama hidupku 16 tahun, aku mengalami “Kaget” yang luar biasa. Kebanyakan orang berpendapat jika kau mendapati/mendengarkan suatu masalah yang membuatmu kaget luar biasa, maka pada saat itu pula-lah kau menuju suatu proses kedewasaan, dan bagaimana kau menyikapi masalah tersebut sesuai dengan apa yang dkatakan hati nuranimu. Tapi kali ini berbeda, hati nuraniku-pun hanya “diam” tak ada respon…aku tak bisa mengambil sikap dalam masalah ini, aku bingung….entahlah, ini seperti mimpi, lalu kapan aku terbangun…
“Inilah kenyataannya, Miku…” Kawaguchi-san mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam laci kerjanya, yang merupakan bukti bahwa apa yang dikatakan olehnya adalah fakta sebenarnya.
Tiba-tiba, aku ingat sesuatu. Dua minggu yang lalu ketika aku dan Ibu…
“Bu, ini hari minggu….kenapa kita kita tidak bersantai saja ??”
“Bagi Ibu ini santai,…”Dia tersenyum. Tiap kali Ibuku berbicara, ia pasti tersenyum. Ibuku adalah wanita yang cantik, sejak dulu aku dan teman-temanku selalu mengidolakan Ibu. Dia seperti bidadari hehehe…lucu. Ia juga wanita yang baik.
“Untuk apa Ibu megeluarkan baju-baju tua ? itukan sudah lama sekali bu…”
“Ibu hanya melihat-lihatnya saja. Ibu…tidak menyangka kalau kau sudah sangat besar, baju-baju ini pasti sudah tidak “pas”lagi untukmu he..he..he”
“Ibu…..” Kupeluk dia dengan eratnya. Ibuku…yang saat itu ternyata sedang mengandung anak dari laki-laki lain, tak akan ada yang menduga Ibu mengambil “Manuver” sejauh itu.
Sekarang aku mengerti. Ada banyak hal yang dirahasiakannya dariku. Tapi kenapa..??? apa Ia tak mempercayaiku…?? ataukah aku terlalu muda untuk mengetahui hal itu…?? atau aku tidak punya hak untuk mengetahuinya…?? atau….entahlah. Apa yang sebenanya terjadi selama ini??...apa Ibu memang punya pacar tanpa sepengetahuanku???...berhubungan diluar, bertemu diam-diam tanpa menikah….lalu menjalin hubungan…??? benarkah Ibuku seberani itu??….aku tak sanggup memikirkanya.
“Lalu…bagaimana keadan Ibuku sekarang, Kawaguchi-san?”
“Anak itu telah dikeluarkan tadi siang oleh para Bidan, mengenai keadaan Ibumu…kami masih menunggu hingga Ia melewati masa kritisnya, Bersabarlah Mikuchan…” Ia memanggilku “Mikuchan” nama kecilku semasa di SD dulu…kadang aku rindu dipanggil seperti itu.
“Kata Ibumu dulu, kau sangat suka dengan nama itu…aku pernah kerumahmu bersama istriku saat kau ulang tahun yang ke-7, kau pasti sudah lupa…” Kawaguchi-san tersenyum. Aku tahu, dia hanya berusaha menenangkanku.
“Kawaguchi-san,.. anda sudah mengenal keluargaku ‘kan?... anda pasti mengetahui sifat Ibuku juga‘kan?...tadi, anda hanya berbasa-basi Tanya ini… tanya itu…. sekolahku… nama belakangku… padahal anda sudah mengetahuinya’kan? anda’pun berusaha menenangkanku dengan “kata-kata” anda….itu semua untuk membuatku tidak panik dan tetap tenang”
“Aku…sudah berusaha tapi…”
“Anda mengenal Ibuku sejak dulu..Apa anda tahu mengenai masalah ini? Maksudku laki-laki yang selama ini dekat dengan Ibuku selain Ayahku?”
Kawaguchi-San menggeleng. “Megumi sejak dulu adalah perempuan yang sangat tertutup, ia bukan tipe orang yang suka mengumbar masalah ataupun kejadian-kejadian yang dialaminya. Menurutku dia adalah perempuan yang sangat mandiri dan tegar.
*****
Aku duduk disebelah Ibu, memandang wajahnya yang pucat pasi. Ia sangat berbeda dari yang biasanya…Ibu saat kekantor selalu cantik, secantik mungkin… bibir yang sangat merah, wangi-wangiannya…bisa membauhi seluruh ruangan, rambut ikal berwarna coklat yang tergerai sepinggang, tapi kali ini…Ia seperti mati. Aku ingin Ia bangkit dari tidurnya dan akupun akan bertanya “Ibu…benarkah ini semua??? Kenapa ibu mengkhianati ayah??..lalu siapa laki-laki itu…???...sejak kapan semua ini bermula….”. Oh…tidak, mana bisa Ibuku hamil jika bukan laki-laki lain yang melakukannya, laki-laki yang tidak bertanggung jawab..!! laki-laki yang memanfaatkan kebaikan Ibuku, dan meninggalkannya begitu saja.

*****
Ini hari sabtu sore, aku baru saja pulang dari pemakaman. Hanya 24 jam… 24 jam sebelum kematiannya aku mengetahu fakta bahwa Ibuku mengandung benih dari laki-laki lain selain Ayahku yang notabene sudah meninggal 16 tahun yang lalu. Ia tak memberikan penjelasan atau sepatah katapun saat Ia pergi, ia pergi begitu saja..meninggalkan tanda tanya besar dan kebingungan yang mendalam... kebingungan tanpa tepian. Sejauh itukah yang “terjadi” antara laki-laki itu dengan Ibuku??? Sepenting apa laki-laki itu…sampai Ibu tega mengkhianati cinta Ayahku demi dia???...

The Story Of Love "Sakuraba Takeshi" Part-1 chapter: "MUSIM SEMI DAUN MOMO"

(3 bulan kemudian...)
Musim semi adalah musim yang ku-nanti, karena pada sat itu…daun-daun Momo berguguran, cantik sekali. Setiap pohon memiliki warna daun yang berbeda-beda ada merah, kuning, merah muda…Dulunya, aku dan Ibuku sering sekali ketaman…berlomba mengumpulkan daun yang berguguran lalu membawanya pulang kerumah dan menaruhnya didalam sebuah bingkai disertai tanggal pencarian daunnya. Nanti, pada musim semi tahun berikutnya kami akan mencari daun Momo lagi…lalu mengganti yang lama dengan daun Momo yang baru.
Bagiku, moment itu sangat menyenangkan. Maka dari itu, saat ini akupun masih melakukan hal yang sama…ditaman, memunguti daun Momo…tapi bedanya, sekarang aku melakukannya sendiri. Kadang beberapa temanku datang menghampiri, mereka bingung dengan apa yang kulakukan namun aku hanya berkata…
”tenang saja, aku tidak gila dengan memunguti daun ditaman. Aku..hanya mengenang Ibuku” Dengan begitu mereka mengerti.

*****
Esok harinya, akupun datang kembali ketaman kota untuk melakukan hal yang sama…tapi, sesuatu terjadi…sesuatu yang membuatku kaget. Asap mengepul, daun Momo terbakar, asapnya bertebaran... Ini ulah preman-preman jahat…mereka membakari daun, Mana bisa begitu...seenaknya saja mengotori Taman…!!!
“HEY KALIAN..!!!SEDANG APA??!!!”Hati kecilku mengatakan TIDAK!!…kali ini tindakanku benar-benar keliru.
Mendengar seruanku, beberapa berandalan itu menghentikan aktifitasnya lalu terfokus padaku.
Mereka menatapku dengan tatapan yang mencurigakan, tapi mereka hanya diam atau mungkin kurang mengerti dengan seruanku.
Gawat…!!! aku hanya sendirian tak ada orang lain ditaman ini selain aku dan para berandalan itu.
“Anak SMA ya??? apa maksudmu dengan memanggil kami dengan nada suara yang seperti itu??” salah satu dari mereka mulai bicara.
“HEY…!!! Apa kalian tahu..ee..bukan, maksudku pernah baca buku karangan GOSENKI mengenai “Lingkunganku Duniaku???”…gawat…sekarang apa yang kubicarakan???” Mendengar pertanyaanku, mereka malah diam dan kelihatannya malah semakin bingung dengan apa yang kubicarakan.
“K…Kemarin, aku baru saja membaca buku itu…dibuku itu dituliskan bahwa “Asap yang berlebihan dapat merusak kenyamanan lingkungan dan juga bisa mengotori oksigen disekitar kita” mengerti tidak??”
“Maksudmu…??? apa yang kau bicarakan anak kutu??? Membingunkan…” kata pria botak dengan hanya beberapa helai rambut dibagian kepalanya.
“Mungkin gadis kecil itu marah dengan kelakuan kita….”kata salah satu dari mereka lagi.
“Dasar TELMI…!!! Bagaimana kalian bisa mengerti hal-hal seperti itu…!!! K…Kalian pasti tidak pernah sekolah iya ‘kan????” Tidak ada respon, mereka tetap diam….atau marah besar mungkin. Ya Tuhan kenapa aku berani sekali,…hanya karena daun-daun yang terbakar itu hingga aku berani menentang para preman?...semarah itukah aku..??? TIDAK. Ini namanya mencari masalah, tenang Miku….,tenang…jangan perlihatkan ketakutanmu dihadapan mereka. Sekarang, yang harus kau lakukan minta maaf, segera pergi…dan masalah selesai.
“Hee…Hee..Hee…Heee mmaaf ya…., tadi aku hanya…., AKTING… mengerti kan?... semacam latihan drama begitu,..tau drama’kan??, hanya pura-pura…,,, Hee…Hee..Hee…Heee mmaf ya paman…”Ya Tuhan matilah aku, mudah-mudahan mereka percaya.
“akting??”…
“Drama??”…
“Iya akting, Hee…Hee..Hee…Heee” aku meyakinkan mereka, tapi…mereka hanya diam atau lebih tepatnya “melongo”.
“Oooooo….akting ya…” setelah beberapa detik, akhirnya salah satu dari mereka mulai mengerti dengan maksud dari ucapanku.
“s..sudah ya…aku pulang dulu, maaf ya… sudah menggangu waktu kalian” Kuberi hormat lalu bersiap mengambil langkah seribu, tapi….
“Tunggu dulu,…kurasa kau mengatakan sesuatu yang membuatku tersinggung” salah satu dari mereka angkat bicara dan kelihatannya sudah semakin mengerti tentang semua yang kukatakan tadi walaupun terlihat dari raut wajahnya sisa-sisa kebinggugan
Gawat, matilah aku…!!! Kenapa akhirnya jadi seperti ini sih…!!! padahal ‘kan aku terkenal sebagai GADIS LEMAH DAN PEMALU, masa harus bermasalah dengan para preman…waaaaaa!!!!! Kalau begini namanya AKU SOK JAGOAAAAAAAN…!!!! Tamatlah riwayatmu Aibara Miku….

(5 atau 10 detik kemudian)……
“HEI KAU…!!! Anak sekolah sedang apa disitu??!!!”(…)
Tiba-tiba ada suara aneh…bukan, tapi maksudku asing…sepertinya buka berasal dari salah satu preman, aku maupun para preman mulai mencari-cari asal suara itu..dimana???
“Aku disini”(…)
Berjarak lima atau 6 meter berdiri sesosok pria….ia jangkung bahkan sangat jangkung seperti atlet olahraga, kulitnya putih, dan sepertinya pria kantoran...pria itu mengenakan setelan berwarna hitam dengan dasi motif garis-garis merah, rambutnya berwarna hitam, rapi disisir kebelakang... ia juga membawa tas kerja…(ia mungkin orang kantoran yang kebetulan lewat). Perlahan-lahan ia mulai mendekati kami…
“Kuulangi pertanyaanku, sedang apa kau sore-sore begini ditaman kota..??” kini ia berjarak cukup dekat dengan kami.
Tak ada respon baik dari para preman maupun aku sendiri… hanya diam. Orang ini…membuat kami semua bingung, dia tiba-tiba datang ditengah-tengan perdebatan antara aku dengan para preman…seolah-olah saja Ia mengenal salah satu dari kami…merasa tak ada yang meresponnya, pria itu menatapi kami satu persatu.
“Tuan, apakan anak ini kenalanmu??”… salah satu preman yang tadi mengatakan bahwa “ia tersinggung” mula berbicara dengan pria kantoran itu.
Syukurlah…!!! Jawab “IYA” please… kumohon katakan kalau kau mengenalku, setidaknya akan ada orang dewasa lainnya disini yang bisa membelaku,…kumohon…!!!
Beberapa detik pria itu terdiam, mungkin ia memikirkan kata-kata yang “tepat” untuk diucapkan, tapi ternyata…
“Maaf…BUKAN” Jawab pria itu singkat.
APAAA!!!! Yang benar saja…!!! Tega sekali laki-laki ini….ya tuhan….!!! matilah aku.
“Memangnya apa yang dilakukan anak ini San?” Tanya pria kantoran itu.
“Entahlah. kami juga bingung…sejak tadi ia bicara tidak jelas, tapi sejauh kami berbincang..kurasa anak ini mengatakan sesuatu yang membuat temanku tersinggung”
“Kata-kata menyingung….!!! hey kau anak sekolah kecil…!!!” Aku kecil katanya???... ia mengacungkan jarinya kepadaku kali ini…
“A….ku???”…
“Iya kau….siapa lagi PENDEK..!!!!” AAAAA….pendek??!! Kecil??!!...yang benar saja!!! mungkin kau saja yang terlalu tinggi!!! (tapi kurasa dia ada benarnya juga...disekolah, aku termasuk salah satu anak yang terpendek dan terkecil dikelas) waaaaa… orang ini,… datang tiba-tiba, bukannya menolong malah ikut menghinaku….tega sekali dia….
“Dasar anak tidak sopan…!!! Kau ‘kan anak sekolah, terdidik…. seharusnya kau bisa bersikap lebih baik terhadap orang lain..!!! bukannya malah membuat mereka tersinggung…!!!”
“Memangnnya kau kelas berapa??!!”
“K…Kelas 1 SMA,…” jawabku terbata-bata
“Ya TUHAN…!!!! Seharusnya kau bisa jauh lebih pandai ‘kan? Waaaa…kau ini anak yang payah…bodoh…!!! Aku kecewa pada anak SMA jaman sekarang,… jika bukan melakukan suatu perbuatan yang negatif, entah itu pacarankah, memboloslah..,mengakali orang tualah, … e… ini malah berbuat kurang ajar…(padahal sama saja NEGATIF = KURANG AJAR, karena kurang ajar termasuk perbuatan Negatif ‘kan…) waaaa…aku sangat kecewa, padahal aku juga guru lho…aku kecewa sekali…aku jadi merasa rugi…” Pria itu bicara panjang lebar
“Dia guru???... mana ada guru yang berpenampilan macam ini… waaa…dia pasti bohong nih…” pikirku.
“Ayo…!!! Minta maaf pada mereka…!!!” ia sedikit membentak.
“IIII..IIIya…mm..maaf…maafkan aku paman-paman semuanya…”
“Enak saja kau minta maaf, karena telah menyita waktu kami…maka kau harus BAYAR…!!!”
Haaaaaaaaaaaa….. yang benar saja…!!!aku harus BAYAR??!!! Aku ini mimpi ‘kan??? Kumohon bangunkan aku…
“He!!! Kau dengar kata mereka…BAYAR…!!! Siapa suruh mencari masalah…”
Laki-laki ini, bukannya malah menolongku tapi malah semakin memojokkannku…terpaksa deh,…mau tidak mau aku harus membayar.
“40 Ribu Yen!” salah satu preman mematok harga
“ha…ha…ha…ha….ha….ayo bayar…ayo bayar…!!!” Mereka bersorak gembira…Kali ini kuakui mereka menang karena telah berhasil membuatku takut.
“Ayo bayar…!!! Kau ini tuli atau dungu??!!!”
“Tttt…tapi aa…ku hanya punya 30 Ribu Yen saja…” Ini lihat saja sendiri,… spontan kukeluarkan dompetku dan memperlihatkan segala isi dompet itu pada mereka…memang hanya 30 Ribu Yen saja… tak ada uang dalam bentuk lainnya baik itu berupa kartu kredit ataupun kartu ATM, apalagi benda berharga. Memang hanya ada itu saja, itupun sebenarya adalah uang jajanku selama sebulan yang diberikan oleh Dinas Sosial karena aku terdaftar sebagai salah satu anak Yatim Piatu pada salah satu Yayasan…habislah aku….!!
“ya sudah…segitu saja, tidak apa-apa ‘kan tuan-tuan???” kata pria kantoran itu. Kali ini ia tersenyum, Iiiiieeeh.. senyumnya jelek sekali, ada gigi taringnya…
Dalam perdebatan “sengit” ini, kurasa paman kantoran ini bertindak sebagai “Host”…bagaimana tidak, semua yang dikatakannya pasti langsung dipatuhi baik aku maupun para preman-preman itu.
“Ya sudah, itu saja,…berikan uangnnya…!!!!” dompetku di rampas oleh mereka dengan kasarnya…
*****

Betapa sialnya aku. Baru saja aku kehilangan Ibu, sekarang aku malah bermasalah dengan para preman...Yang lebi parah lagi, aku malah kehilangn seluruh hartaku. Betapa Bodohnya aku ini, uangku habis…lalu apa lagi, mungkin aku dikeluarkan dari sekolah,…kehilangan Apartment ,…atau…aku menyusul Ibu ?...Benarkah?...lebih baik begitu. Semua masalah datang satu-persatu, Miku….kau memang bodoh.
Sekarang… aku hanya bisa duduk terdiam dikursi taman sembari meratapi nasibku yang malang, bahkan sangat malang. Lalu,…malam ini aku bagaimana?...makan apa?...besok aku kesekolah pakai uang apa?...ya Tuhan…!!!
Khayalanku terhenti ketika kudengar suara langkah kaki..langkah itu menuju kearah kursi dimana aku duduk sekarang. Sipa dia???...awalnya kurang begitu jelas akibat embun yang terlalu tebal, tapi semakin dekat… semakin lama sosok itu semakin jelas…ia mengenakan setelan. Oooo…tidak, ternyata pria kantoran yang menyebalkan itu….kenapa juga aku harus bertemu dengan dia lagi…lengkaplah sudah kesialanku.
“Maaf soal yang tadi, tapi kurasa itulah tindakan yang paling tepat pada kondisi…” ia belum menyelesaikan kalimatnya saat aku memotong pembicaraannya.
“Maksud anda dengan mengorbankan uangku, begitu?”
“Jika tidak kulakukan itu, urusannya bisa jadi rumit… kau sadar tidak siapa mereka?!...mereka itu preman liar, tidak mengerti aturan…sebaik apapun kau menasihati mereka,…mereka tidak akan pernah paham…! apalagi jika kau menentang mereka seperti tadi, bisa-bisa kau mati…kau mengerti tidak?!”
Aku diam beberapa detik…
“Tapi kau ‘kan…laki-laki, tadi kupikir kau akan menolongku…”
“aku menolongmu?...mungkin saja. Tapi resikonya adalah adanya kemungkinan aku harus bertarung dengan mereka…dan itu tidak sebanding, mereka lebih dari lima orang…sedangkan aku…seberapa kuat ‘pun aku, mustahil bisa mengungguli mereka. Jika tetap kulakukan…itu namanya mencari mati..!!!”
“Makanya kau melakukan sandiwara itu…”
“Itu jauh lebih baik dibandingkan harus mengorbankan gadis berusia 16 atau 17 tahun ‘kan?”
“Tapi kau ‘kan pria dewasa…!!! paling tidak kau bisa membelaku, sedikit saja…!!!”
“Sudahlah…lupakan…” kataku lagi beberapa saat kemudian.
“Apapun itu…maafkan aku”
“Aku tidak mengenal anda, siapa nama anda ‘pun aku tidak tahu…oleh karena itu tak ada yang perlu dimaafkan ataupun dimintai maaf”
“Tidak apa-apa…aku mengerti, sebaiknya kau pulang…ini hampir malam” katanya.
“Aku memang harus pulang,…mana tahan aku tinggal berlama-lama dengan anda,…permisi” Sejenak kutundukkan kepalaku lalu bergegas pergi meninggalkannya ditaman….meninggalkan “laki-laki yang paling tega didunia”.

*****

The Story Of Love "Sakuraba Takeshi" Part-1 chapter: "PAMAN YANG TEGA SEKALI"

Laki-laki yang paling tega didunia”…kuberi di julukan itu, atau lebih tepatnya “paman yang tega sekali….” Sekarang apa? Aku hanya bisa duduk diam didepan TV, merenung, dan tak ada makan malam. Gawat, malah sekarang aku lapar. Kulirik jam dindingku, sekarang pukul 21.00…ini sudah lewat jadwal makan malamku…sial…!!!
“TRING….! TRING…! TRING…!!” bel berbunyi
Ada yang datang, tapi siapa?... Tidak mungkin paman dan Bibi dari Kyuzu…paling tidak mereka akan menelepon terlebih dahulu jika memang ingin berkunjung. Lalu siapa??...Ini benar-benar tidak biasa…selama aku tinggal di Apartment ini, baru kali ini ada tamu yang datang berkunjung diatas pukul 18.00 malam. Segera saja kuberanikan diri untuk membuka pintu.
“TRING….! TRING…! TRING…!!” bel berbunyi lagi…
“Iya…! Tunggu sebentar” aku berlari kecil menuju ruang depan.
“TRING….! TRING…! TRING…!!” pada bunyi bel yang ketiga, pintu kubuka dan…..
*****
Paman yanga tega sekali…kini ia muncul didepan pintu rumahku,….
Apa?...kenapa?...mengapa dia tahu rumahku?... apa dia menguntitku?...apa dia orang jahat?...apa dia punya maksud jahat…?...pikiran-pikiran buruk terus saja memenuhi otakku.
“untuk apa lagi anda kemari?”
“Jadi kau yang tinggal disini?” ia balik bertanya, wajahnya tetap tenang…tak tersirat ekspresi kaget baik dari air mukanya maupun dari nada suaranya,…tenang sekali. Berbeda denganku, perasaan campur-aduk memenuhi otakku… perasaan kaget, curiga,…waspada kalau-kalau orang ini mempunyai maksud dan tujuan lain”
“E….mmaaf Nona Aibara, ini mungkin hanya sedikit salah paham tapi…sebenarnya, aduh, bagaimana ya menjelaskannya…Sebenarnya…e, e…rumah ini…” seorang pria tua gendut berbicara, ia enggan menyelesaikan kalimatnya seperti terbebani sesuatu…ternyata sedari-tadi ia berdiri disamping “paman yang tega sekali”….dan tebak siapa dia….petugas dari Dinas Sosial yayasan tempat aku terdaftar sebagai Anak Yatim Piatu.
*****
“Begitukah?...tapi, kenapa tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu dari Dinas Sosial?...”
“E…, maaf sebenarnya ada sedikit kesalahpahaman disini…jadi, Apartment ini sebenarnya telah dikembalikan hak kepemilikannya dari Dinas Sosial kepada Yayasan pemilik Apartment…,
jadi, Dinas sosial tidak punya hak lagi atas apartment ini,…saya harap Nona Aibara bisa mengerti apalagi sejak kematian Ibu anda,…itu artinya hak atas Apartment ini dalam masa penangguhan dan terdaftar sebagai Apartment dengan status “kosong” anda mengerti ‘kan? Pemilik apartment tidak ingin mengambil resiko kerugian… maka dari itu, merekan menjualnya satu minggu lalu kepada Sakuraba-san ini…”Jelasnya panjang lebar.
“Tapi, aku ‘kan masih menempati Apartment ini,…lagipula jika memang tempat ini akan dijual pastinya ada surat keputusan resmi terlebih dahulu dari Dinas Sosial ‘kan?”
“Iya, jadi begini…sebenarnya Sakuraba-san baru akan menempati Apartment ini dua bulan lagi, Tadi itu sebenarnya aku dan Sakuraba-san berjanji bertemu disini hanya untuk melihat-lihat keadaan apartmentnya saja, hanya masalah kelayakan guna. Tapi, Sakuraba-san tiba-tiba saja memutuskan ingin bertemu dengan pemilik apartmentnya, jadi beginilah…saya harap Nona Aibara tidak terganggu dengan kedatangan kami”
“Jadi dua bulan lagi ya…, lalu setelah itu aku akan tinggal dimana?” Selamat Miku, doamu terkabulkan…kau akan kehilangan Apartmentmu.
“Tenang saja, dinas sosial akan mengurus segalanya. Anda mungkin akan ditempatkan pada Panti Asuhan dikota Kyoto…”
Panti Asuhan…??? Kyoto…? Jauh sekali…bagaimana ini…??? Sesaat aku merasa pusing, rasanya aku ingin lepas dari semua masalah ini…seandainya waktu bisa berputar kembali… kembali pada saat-saat aku bersama Ibu…. Saat-saat yang menyenagkan dalam sebuah keluarga kecil. Sudah begitu,…aneh rasanya jika aku harus meninggalkan Apartment ini, karena itu sama saja aku harus meninggalkan segala bentuk kenanganku bersama Ibu maupun teman-temanku. Aku akan Ke Kyoto, jauh sekali. Disana aku tidak punya keluarga ataupun kerabat,…tak ada siapa-siapa disana, aku pasti akan menjadi orang asing…Akupun bukan tipe orang yang cepat menyatu dengan lingkungan baru,…jadi sudah pasti aku akan kesepian. Kyoto…bagaimana ini…??? Haruskah aku kesana…???
“Tidak seperti itu ‘kok…” Paman yang tega sekali itu akhirnya angkat bicara.
“Bagaimana….?? Maksud Sakuraba-san???...”
“Sebenarnya, dia masih ada hubungan keluarga denganku…dia keponakanku”
Apa…???!!! KEPONAKAN???...yang benar saja, namanya saja aku tidak tahu…mana bisa punya hubungan keluarga….Paman ini bodoh sekali…!!! Kalau mau berbohong itu,…yang “wajar-wajar” saja…
“Ia masih keluargaku,…sepupu Ibuku merupakan ipar kemanakan dari ipar sepupu Bibi anak ini, disamping itu, dulunya kakek buyut kami pernah satu perantauan pada pulau terpencil yang jauh sekali…. Jadi kau mengerti ‘kan…kami memang masih satu keluarga. Benar begitu ‘kan Aibara?...” Kali ini ia menyebut namaku.
Apa Ia membantuku agar aku tidak diusir dari Apartment ini?....waaaaa..paman ini aneh.
“Jadi maksud Sakuraba-san…???” Petugas Sosial kelihatannya masih bingung dengan penjelasan dari paman itu.
“Iya, aku akan bersama anak ini untuk tinggal di Apartmentnya…Tidak masalah ‘kan…? Apalagi dia salah satu kerabatku. Lagipula, tadi kau sempat menyebutkan Ibunya Ibunya sudah meninggal… jadi, biar dia menjadi tanggung jawabku…dengan begitu, dia tidak perlu jauh-jauh ke Kyoto…. Disini ‘kan masih ada pamannya…benar begitu Aibara?” Tenang, Ia tenang sekali saat berbicara,…sopan, berwibawa, keren….berbeda sekali dengan dia yang ditaman. Inikah sosok asli orang ini??...ia rela berbagi rumah denganku agar aku terhindar dari yang namanya “Panti Asuhan”…ia rela tinggal bersamaku….lalu bagaimana nantinya aku bersikap dihadapannya? Apalagi setelah kejadian ditaman tadi sore…Tapi masa’ aku harus berbagi rumah dengan orang yang menyebalkan ini?...apa aku sanggup? Aku tidak punya pilihan lain…pokoknya aku tidak boleh meninggalkan rumah ini. TITIK!!! walaupun itu artinya aku harus rela tinggal bersama orang yang tidak kukenal…sekacau apapun nantinya…akan kujalani. Semangatlah Miku….!!!
“Baiklah kalau begitu,…terserah Tuan saja” petugas sosial ‘pun tak bisa berkutik mendengar penjelasannya.

( 15 menit kemudian….)
“Aku tahu, mungkin kau kurang begitu senang jika harus berbagi rumah dengan orang yang tidak kau kenal…apalagi orang itu baru saja bermasalah denganmu ditaman tadi sore…benar begitu ‘kan?...Tapi kurasa kau tidak punya pilihan lain selain melakukannya dan menerima segala keputusanku. Kita sama-sama tahu, kehidupan dipanti asuhan itu seperti apa…makanya, aku berbohong pada petugas sosial bahwa kau adalah keluargaku… dengan begitu kau terbebas dari pemindahan itu….atau jika kau memang berniat untuk pergi ke Kyoto….”Ia belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika kukatakan…
“Terima kasih…terima kasih…!..Tuan”Kurasa aku hampir menangis, terharu dengan kebijaksanaan paman ini.
“Besok,…aku akan panggil orang untuk men-Design ulang Apartment-nya sehingga menjadi dua bagian jadi kita bisa berbagi…kau mengerti maksudku ’kan, tadinya yang kujadwalkan kalau aku akan menempati rumah ini dua bulan lagi kumajukan sedikit menjadi besok sore”
“Iya pak aku mengerti…tidak mengapa”
“Jangan sunkan begitu, anggap saja ini permintaan maafku padamu atas kejadian tadi sore”
Aku mengangguk pelan. Dia benar,…seperti apa kehidupan dipanti asuhan?...bisa saja disiksa, ditindas,…Dan yang paling memilukan, penuh dengan rasa kehilangan dan juga kesepian mendalam… mana tahan aku hidup dalam suasana keras seperti itu?…aku yang selama ini selalu dimanja oleh Ibu…mana bisa hidup menderita? Makanya aku bersikeras tetap tinggal di Apartment ini.
“Siapa namamu nak?” paman itu bertanya.
“Aibara…namaku Aibara Miku”
“Miku…jadi namamu Miku, Aibara miku hm…..”
“Iya, itulah namaku”
“Nah, Miku…jadi sekarang kita serumah. Karena diantara kita berdua aku yang paling tua, jadi kau harus mengikuti seluruh perintah maupun peraturan yang kubuat…mengerti?”
Apa-apaan ini….? Kok dia jadi berubah begini….dia menjelma menjadi Diktator.
“Baiklah. Peraturannya tidak muluk-muluk, pendek saja…hanya terdiri dari dua kalimat utama. Kau harus MEMASAK dan MENCUCI…!!!”
“Ttttapi…”
“Sepulang sekolah tentunya. Jadi begini,…saat aku hendak berangkat kekantor, kau harus menyiapkan sarapan pagi…imbalannya kau kuantar sampai kesekolah, jangan khawatir uang jajanmu biar aku yang menanggungnya…dan karena aku pulang kerjanya malam, maka kau juga harus menyiapkan makan malam untukku. O iya, satu catatan kecil...dimalam hari aku paling benci makan makanan tumisan atau yang kering-kering jadi semua harus yang berkuah ya…catat itu baik-baik. Nah, disiang harinya,…gunakan waktu luang itu untuk mencuci seluruh pakaian kotorku…dan satu hal, jangan sekali-sekali kau berani membawa pakaianku itu ke Binatu…soalnya itu pasti pakai uang. Hm,….apa lagi ya???....O iya dihari libur, manfaatkan waktu pagimu dengan bersih-bersih rumah….kadang kebersihan itu mencerminkan kepribadian sang pemilik rumahnya lho…”
Orang ini,sesaat kupikir dia orang baik yang dermawan, tapi nyatanya,ia tega sekali. Tapi mau diapakan lagi, rumah ini memang telah syah menjadi miliknya…wajar jika ia memerintahku…walaupun itu terlalu Over. Yang namanya Tega tetap saja tega…
“Iya…” jawabku pelan.
‘Kok jawabanmu lemas begitu, ini hanya pekerjaan kecil ...masa’ kau tidak sanggup?...waaa kau ini….dizaman susah seperti ini, mana ada yang gratisan!…enak saja mau numpang gratis…kau harus kerja!!” Dia mengoceh dan terus terang saja,…itu menyinggungku.
Dulunya, Jika ada Ibu…kami pasti mengerjakan pekerjaan rumah bersama-sama…dan itupun untuk kepentingan kami sendiri. Tapi sekarang, aku malah harus bekerja demi kepentingan orang lain….yang lebih parahnya lagi itu terjadi dirumahku sendiri. Malang sekali nasibku…

*****
Paman itu,… aku hampir saja mengagumi dirinya dengan sikapnya yang tenang itu. Tapi ternyata…dia sok perintah, seenaknya, malas, tukang tidur, dan masih banyak lagi sifat–sifat jelek lainnya yang tidak bisa kujabarkan satu-persatu…(jika tetap kulakukan, sampai besok juga tidak akan ada habisnya…).
Hari ini genap tiga bulan kami tinggal bersam, hari-hari yang kulewati bersamanya begitu rumit. Dia benar-benar menganggapku sebagai pelayannya, suruh ini…suruh itu…beli yang ini,..beli yang itu,…jangan begitu…dan…entahlah masih banyak perintah-perintah lainnya….capek sekali. Parahnya lagi jika hasil kerjaku itu tidak sesuai dengan keinginannya, dia pasti akan marah-marah, mengomel, dan menyumpa-nyumpah tidak jelas misalnya…”percuma kau besar begitu, tapi malas!!” atau “dasar lamban!!!” ada juga yang seperti ini “makanan apa ini!! lembek sekali…!!!” dan yang bunyinya seperti ini…“kau mandinya lama sekali…!!! apa yang kau lakukan dikamar mandi, mengeram???! ayo masak untukku..!!!” apa dia pikir aku ini ayam?? Atau aku memang mirip dengan ayam??...dan yang paling-paling membuatku tersinggung, kejadiannya terjadi kemarin siang saat aku beristirahat setelah seharian mencuci pakainnya yang benar-benar banyak…
”Jangan tidur siang terlalu lama itu…nanti kau bangunnya sore, bisa-bisa kau lupa memasak untukku..”
lalu kujawab dengan sabar “Tapi, inikan hari Libur…”
”Libur?... libur apanya?!!…kau pikir ini sekolah, pakai acara libur-liburan??? Ayo bangun!!!”
“sebentar lagi ya…aku mau tidur siang sebentaaaaaaaar saja…”
”Tidur ya?...baiklah. Kau pikir dengan tidur siang seperti itu, tubuhmu akan menjadi besar ??? mau gendut??? Hmmm….aneh juga yach, tubuhmu itu kecil-kecil saja tapi kok itu…waaaaaaaa…..” Dia memandangiku…entah apa yang ada dalam pikirannya….pasti pikiran cabul. Kurang ajar!!! tega sekali dia melecehkanku,….padahal aku ini ‘kan anak-anak…
“Hehehehehehehehehehehihihiiiiiiihehhehh…..gizimu itu kurang baik atau malah terlalu baik ‘sih?? hehehehehehihhhihihhehehe…hmmpmmhmppp….!!!! aku mengerti, aku mengerti…kau masih dalam masa pertumbuhan’kan? Wajar saja…..”kini ia tertawa.
“Apanya yang lucu?” tak kuperlihatkan ekspresi “marahku” dihadapannya…bisa-bisa ia langsung melemparku dari lantai 12.
“e, Oo….tidak,… ya sudah tidur saja lagi. Kudoakan semoga usahamu itu berhasil, semoga tubuhmu menjadi sedikit lebih besar dan berisi agar menjadi sedikit lebih seimbang hehehehe….” dengan entengnya kata-kata kurang ajar itu keluar dari mulutnya. Dasar paman-paman genit!!!
Mendengar sindirannya yang entah maksudnya “apa” itu…aku langsung bangkit dan menghentikan aktifitas tidur siangku.
Ya Tuhan…!!! Bagaimana aku bisa tahan hidup serumah dengan orang yang menyebalkan seperti ini?...jika bukan karena…aku merasa Apartment ini sangat berarti bagi diriku, mungkin sudah lama aku pergi meninggalkannya dengan segala aturan dan perintahnya yang menyebalkan itu. Ingin sekali aku marah dan berontak, lalu setelahnya…bisa dipastikan dia akan mengusirku mentah-mentah lalu akan dikatakannya pada petugas sosial “ maaf…aku tidak bisa mendidik anak itu dengan baik, aku sudah melarangnya…tapi ia nekad untuk pergi, mungkin aku bukan keluarga yang baik untuknya…”iiieeeeeh…menjijikkan sekali.
*****
Kemarin itu hari minggu. Hari ini ternyata tanggal merah…tau itu artinya apa? Dia tidak kekantor, aku tidak kesekolah, dan pastinya “bersih–bersih rumah”. Sebenarnya mudah saja jika aku ingin lepas dari “penyiksaan” yang memilukan ini, TINGGAL MENCARI PEMBANTU. Jika ia mampu membeli Apartment sebesar ini dengan uang tunai, berarti uangnya banyak’kan??...masa’ menyewa pembantu saja tidak bisa…Terakhir kali saat kuusulkan mengenai ide cemerlangku itu, dia berkata…
“Pembantu itu kurang bisa dipercaya…aku ini orang KAYA, HARTAKU banyak…jika aku harus kehilangan uangku hanya karena dicuri oleh pembantu…itu namanya cari repot”
Alasan yang tidak bisa diterima. Pelit...!!! Kurasa itu hanya akal-akalannya saja, pada dasarnya dia ingin menyiksaku…bahkan mungkin sampai mati. Jadi begini, aku akan terus disuruhnya bekerja hingga aku tidak tahan lagi…saking lelahnya aku sampai putus asa dan akhirnya bunuh diri…mungkin itulah tujuan utama dia yang sebenarnya. Rencana kotor…!!!
Tapi,…entah kenapa lama-kelamaan seiring dengan berjalannya waktu, aku berfikir bahwa yang sebenarnya jahat diantara kami itu adalah aku sendiri. Bagaimana tidak, aku selalu saja menuruti segala perintahnya, menjawab semua pertanyaan maupun keluhannya dengan nada bicara yang sopan,…melakukan kewajibanku bak seorang pembantu,…memasak makanan, mencuci pakaian, bersih-bersih rumah…dan masih banyak lagi…lalu itu membuat seolah-olah aku ini adalah gadis baik hati yang penurut. Selama aku tinggal bersamanya, tak satupun perintahnya yang luput dari perhatianku…semua pasti kukerjakan dengan baik (walaupun kadang-kadang ia juga kurang puas…). Saat ia memarahiku ataupun membentakku dengan kata-kata kasar, tidak pernah kuperlihatkan dihadapannya kemarahaku yang sebenarnya…walaupun hatiku menangis, tapi aku tetap diam…seolah-olah tunduk terhadap perintahya. Itu semua sebenarnya palsu, tidak tulus dari dalam hatiku. Sebenarnya, hatiku merontak dan berteriak “TIDAK….TIDAK!!...TIDAK…!!!” tapi…tetap saja kulakukan, sepertinya saja aku rela menjadi pelayan setianya…betapa munafiknya aku…!
Dia…sudah terlalu percaya dan menyerahkan semua urusan rumah padaku, namun tanpa sepengetahuanya aku… aku sudah menghianatinya didalam hatiku. Sebenarnya aku benci dia…!!!...aku benci Paman itu…!!! Ini semua kulakukan hanya demi Apartmenku.
“He…sedang apa kau disitu?? lama sekali…!!”Lamunanku terhenti oleh suaranya…ia tiba-tiba masuk kedapur.
“Iya,…tunggu sebentar, akan segera kubawa ke-meja…” jawabku.
“Tunggu..??? kau menyuruhku menunggu?? Kau sudah lama sekali itu…apa kau pikir perutku ini bisa menunggu…??!!!” ia membentak lagi. Dasar tidak sabaran.
“Iya maaf,…tapi ini ’kan belum matang…”
“Memangnnya kau masak apa sih?? Lama sekali…”
“e…anu….ini,….hanya telur dadar. Bersabaralah paman, tidak akan lama lagi kok…”
Kemudian ia menengok ke arah makanan yang sementara ini kumasak…
“Telur dadar apanya??? Jelek sekali…Mana ada telur dadar yang modelnya Seperti itu….” Katanya sambil menunjuk-nunjuk masakanku. Kali ini Ia lagi-lagi menghina masakanku, ini bukan untuk yang pertama kalinya...
“Iya pamaaan,…tapi ini ‘kan belum masak sepenuhnya…” aku tetap menjawab dengan sabar. Laki-laki ini….kapan aku bisa menjadi gila lalu kehilangan kesadaran sehingga aku bisa membunuhnya dengan cara-cara yang sadis.
“Kau ini…sejak awal kuperhatikan masakanmu itu jelek sekali,…kurang menarik selera!! Kau bisa masak tidak sih??!!...mana ada telur dadar dengan model tidak jelas seperti itu…telur dadar itu bentuknya bundar…” kali ini ia mulai penyakit barunya…SOK PINTAR.
“Bisa paman, bisa kok…”
Kemudia Ia mendorongku pelan. “Bisa apanya..?? coba kau minggir, biar aku saja….begini caranya…” diambilnya spatula dari tanganku dan ia’pun mulai mengaduk-aduk telur dadarnya.
Lumayan. Awalnya sih lancar-lancar saja,…tapi seketika menjadi petaka ketika ia….tidak sengaja memegang bagian dari panci yang panas. Surprise…!!!!...
“AAAAAAAAAAA……AAAAA panas…!!!! panaaaaaaas……AAAAAAAA….!!!!” ia menjerit kesakitan. Benar-benar seperti wanita.
Tertawalah Miku…Tertawalah akan kemenanganmu pagi ini, Ia tidak sengaja memegang panci panas dan tangannya terluka. Rasakan itu laki- laki jahat…!!!
“AAAAAA….AAAAA PANAS…!!” Ia semakin menjerit. Itu pasti sakit sekali.
Tapi…tidak, mana bisa aku tertawa bahagia melihat orang lain kesakitan seperti itu…bukan sifat dasarku kalau yang seperti itu. Aku memang benci padanya, tapi buka berarti aku senang melihat dia kesakitan. Bukan seperti ini balas dendam yang kumaksud.
“Siaaall…!!!!” katanya. Kemudian Ia mencuci tangannya dengan air keran lalu mengibas-ngibaskannya…bodoh sekali, itu justru akan membuat tanganmu semakin terluka.
“B…benarkah sesakit itu…? Panas sekali ya…? Tapi jangan dicuci, nanti semakin sakit lho itu….” Aku ikut-ikutan panik.
“Bodoh…!!! kenapa tidak bilang dari tadi…sudah pasti ini panas…”
Ternyata dia benar-benar kesakitan, kasihan sekali dia…
*****

The Story Of Love "Sakuraba Takeshi" Part-1 chapter: "MAUKAH KAU MENJADI AYAHKU??"

“Maafkan Miku…”
“Untuk apa?”
“Karena gara-gara aku, paman jadi terluka”
“Tidak ada hubungannya,… ‘kan aku sendiri yang meminta spatulanya”
“Itu karena aku lamban,…makanya paman jadi ikut-ikutan turun kedapur. Padahal itu ‘kan sudah menjadi kewajibanku. Lain kali…biar aku saja, paman tenang-tenang saja…oke”
“Sudahlah, ini hanya kecelakaan kecil…”
“Kecil apanya…? Tangan paman luka begini,…pasti sakit”
“Kalau begitu,…untuk apa obat diciptakan?...Bukankah, obat itu diciptakan untuk mengobati orang-orang yang teluka? Jika tidak satu ‘pun Manusia didunia ini terluka…berarti obat sama sekali tidak berguna. Betul begitu ‘kan? Hehehehe…. Jadi, terluka itu biasa…santai saja” Ia menjelaskan panjang lebar. Kali ini Ia tertawa. Dasar orang ini,…masih bisa tertawa disaat-saat kesakitan…
“Tapi aku serius…Aku pernah merasakan luka bakar. Dulu, waktu kecil aku pernah menginjak puntung rokok…itu terjadi karena aku kurang hati-hati saat berjalan, rasanya sakiiiiiiiit….. sekali, lalu…..” belum-belum juga kuselesaikan kalimatku tentang “puntung rokok” Ia lalu….
“ha…ha….ha…ha…ha….ha…ha….kau ini manis sekali,…. ha…ha….ha…ha…ha….” dia tertawa terbahak-bahak, pipinya sampai memerah…ia memperlihatkan deretan giginya yang putih dan dua gigi taring yang panjang.
Apa…? dia bilang apa?... apa aku tidak salah dengar?...ia memujiku. Benarkah itu??…Ia masih tertawa, tertawanya itu…lepas sekali seperti tidak ada beban ataupun sedang terluka….Aku masih tidak percaya jika Ia tertawa hanya karena mendengarkan cerita konyol mengenai puntung rokok itu,… apa menurutnya itu lucu??? Selera humornya jelek sekali….
“Paman, apanya yang lucu?” kataku, sambil mengambil gunting untuk memotong sisa balutan perban pada tangannya yang sedang terluka.
“kau lucu…heheheheh” tawanya masih belum berhenti juga.
“O iya…”
“Namaku Sakuraba Takeshi… kau boleh panggil aku dengan Take saja”
”T…Ta…ke, Take?” aku kurang pasi menyebutkan namanya padahal ‘kan hanya empat huruf, Miku…Miku…
“Ooooo…kau ini ternyata lucu sekali!…saaaaaaaaangat lucu!!…hehehehe…” Dia masih saja tertawa….
“Lucu…?” apa menurutnya aku ini seperti badut???...
Lalu, Ia tiba-tiba menaruh tangan kanannya diatas kepalaku. Kemudian Ia membelai rambutku…sesaat aku merasakan sesuatu, sesuatu yanga asing… sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya…perasaan ini…hangat….sangat hangat.
“Jadi,…bagaimana saat Ibumu tahu kalau kau menginjak punting rokok dan terluka?...tanyanya kemudian.
“Ya…seperti ini, kakiku dibalut perban. Ibu…orang yang sangat baik, ia tidak pernah memarahiku. Dia Ibu yang penuh dengan kasih sayang, ia juga sangat cantik,…percaya tidak?”…
“Iya aku percaya, aku sudah lihat fotonya diruang depan,… apa kau sangat menyayanginya?”
“Iya” kataku sambil mengangguk.
“Dimana dia sekarang?”
‘Ia…sudah meninggal”
Kumasukkan gunting, obat luka bakar, dan perban kembali kedalam kotak P3K.
“Apa dia sangat penting bagimu?”
“Tentu saja,…Ibu itu, segala-galanya bagiku. Sejak dulu, kami hanya tinggal berdua…ayah sudah meninggal lama sekali…jadi aku hanya akrab dengan Ibuku”
“Kau pasti sangat sedih…”
“Aku memang sedih…Tapi, kepada siapa kau akan melampiaskan kesedihanku itu?…lagipula itu percuma saja kulakukan…orang lain tidak akan mengerti kesedihanmu selain dirimu itu sendiri ‘kan…jadi, jangan perlihatkan itu didepan mereka…makanya, sesedih apapun diriku aku akan tetap tersenyum. Jauh disana,…aku yakin bahwa Ayah dan Ibuku pasti menginginkan hal yang sama,…tersenyum bahagia dan tidak larut dalam kesedihan yang mendalam. Walaupun disini,…dihatiku,…sebenarnya rasa sedih dan rindu itu sangat besar dan akan selalu ada untuk selama-selamanya. Apa kau tahu…Apartment ini menjadi saksi bisu kisah cinta Ayah dan Ibuku. Mereka pernah melalui masa-masa bahagia ditempat ini. Lalu, setelah ayah lebih dahulu pergi meninggalkan Ibu…aku lahir, banyak yang bilang aku ini pengganti ayah, tapi itu hanya Mitos… akupun tumbuh dewasa di tempat ini…tinggallah aku bersama Ibuku, dan kami berjanji akan tetap disini…karena dari tempat inilah, kisah keluarga kecil kami bermula…”
“Jadi, itulah alasan mengapa kau sangat sedih ketika Petugas Sosial itu berkata ingin memindahkanmu ke Panti Asuhan di daerah Kyoto..?”
Aku mengangguk pelan. Kutatap matanya…aku harap orang ini bisa mengerti dengan kesedihanku, dan memutuskan untuk berhenti untuk menyiksaku lagi…
“ Anak yang manis…kau tidak salah, kau mengambil keputusan yang tepat…di Apartment ini banyak sekali kenangan mengenai Ibumu,…pasti sangat sedih jika kau harus meninggalkannya begitu saja… Aku mengerti…”
Kata-katanya itu, menenangkan hatiku…entah kenapa aku merasa demikian tapi…aku rindu dengan kata-kata seperti itu.
“Take-san”
“Iya…”
“Terima kasih…”
“Iya…”
“Seandainya saja aku bisa menganggapmu sebagai Ayahku…”
“Boleh saja,…”
“Benarkah?...aku boleh bilang begitu pada orang-orang…??” kuikuti langkahnya yang tiba-tiba saja beranjak dari kursi tempat Ia duduk.
“Iya, benar…tapi kau harus menurutiku…kau harus melakukan semua yang kuperintahkan, mengerti…?”
“IYA…!” jawabku bersemangat.
“Bagus, anak manis…Nah, sekarang aku mau keluar dulu…mau beli makan. Oke. Kau dirumah saja bersih-bersih…dan karena sekarang kau anakku…ada tambahan tugas untukmu ‘BERSIH-BERSIH WC’…”
“aapa…? yang benar saja Take-san…?”
“Sudah…jangan membantah, kerjakan saja…”
*****
Sakuraba Takeshi..atau Take-san, jadi itu namanya. Padahalkan…aku belum dewasa, tapi ia membolehkanku memanggilnya dengan nama Take-san…Sebenarnya itu ‘kan panggilan wanita dewasa kepada pria dewasa…Dan lagi, dia bilang aku boleh mengaggapnya sebagai Ayah…
Ibu…sekarang aku sudah tidak sendirian lagi, aku punya keluarga baru…namanya Take-san.
*****

(Disuatu malam pada bulan berikutnya…)
“Jadi…mereka menikah muda?...lalu, ayahmu meninggal ketika Ibumu sedang mengandung dirimu begitu?”
“Iya” jawabku mengangguk.
“Tidak ada bayangan sama sekali mengenai Ayah…aku tidak punya potretntya apalagi peninggalan tertentu mengenai dirinya. Kata Ibu, semua barang-barang yang ada hubungannya dengan Ayah, berada di Kyuzu…dirumah saudarinya Ayah”
“Lalu mengapa kau tidak kesana saja…”
“Untuk membuat aku bersedih lagi…? untuk membuat Ibuku menangis lagi…? Walaupun sekarang Ibuku sudah tidak ada,…aku tetap tidak akan pergi untuk melihat barang-barang Ayah…ataupun kenangan mengenai Dia”
“Kenapa begitu…?”
“Kata Bibiku, saat ayah meninggal…Ibu sangat sedih…tak henti-hentinya Ia menangis. Aku takut…saat melihat semua peninggalan mengenai ayahku,…aku tidak bisa menguasai diri…aku pasti sedih sekali. Jangan’kan Ibu yang notabene sangat tegar ‘pun bisa bersedih sedalam itu,…apalagi aku yang lemah ini…aku tidak akan sanggup untuk membayangkannya. Ibu itu...cinta sejati Ayahku, begitupula sebaliknya…Menurut buku yang kubaca, ‘cinta sejati tidak akan pernah terpisahkan oleh waktu ataupun oleh kematian sekali ‘pun… tidak ada yang bisa mengalahkan cinta sejati…’ hehehehe..aku mencontek kalimat itu di buku novel temanku. Tapi, apa Take-san percaya dengan cinta sejati…?”
“Mungkin…”
“Jika saja Ayah dan Ibuku masih hidup, kami pasti akan menjadi keluarga yang sangat bahagia…apalagi ditambah dengan Take-san…mungkin kau bisa menjadi kakak laki-lakiku…”
“he…he…he…..hehehe…yang mana…?aku jadi bingung, aku harus jadi apa??...jadi Ayahmu atau jadi kakakmu he..he..he…he…hehehehe”
“Hehehehe…”Akupun tertawa. Suasana ini, sangat hangat…Aku tidak percaya jika dulu aku pernah membencinya. Ternyata dia pria yang baik, ramah, dewasa, dan juga menyenangkan…lalu yang paling penting…dia bersedia menjadi Ayahku.
“Yang mana saja boleh Miku… kau boleh menganggap aku sebagai Ayahmu,... kakakmu,… temanmu… yang mana saja boleh…” katanya kemudian.
Sekali lagi Ia menaruh tangannya diatas kepalaku…Ia membelai rambutku, kali ini hingga poniku tersikap…Aku sangat senang saat bersama dengan Take-san, kami selalu tertawa bersama.
“Take-san…boleh aku memelukmu…? Sekali saja…?”
Dia tersenyum… “boleh, boleh saja…”
Kami berpelukan…tubuh Take-san hangat sekali,…tercium aroma Parfum dari kemeja kotak-kotak yang dikenakannya. Aku benar-benar merasa tenang saat berdekatan dengan Take-san, apalagi kali ini kami dekat sekali….rasanya seperti terlindungi,…dilindungi oleh Ayah sendiri. Padahal orang ini orang lain…orang yang belum lama kukenal…tapi dia mampu memberiku ketenangan yang selama ini kurindukan …Take-san…Dia seperti orang yang sangat akrab denganku.
“Ayah…Ayah…”Tanpa sadar kukatakan itu… kemudian Take-san semakin mengencangkan dekapannya…
“Kau pasti sangat merindukan dia ya…? Apalagi kau baru saja kehilangan Ibumu…”
Aku mengangguk pelan dalam dekapannya. “Jujur aku merindukan keduanya…”
“Kalau begitu, kau juga boleh mengaggapku sebagai Ibumu…”
“Hehehe…”aku tertawa pelan
“Take-san hebat, bisa menjadi apa saja,…Aku suka Take-san…”
Aku masih bersandar didadanya…Take-san benar-benar memiliki tubuh yang tinggi dan juga sangat besar…Rasanya, aku tidak ingin lepas dari dekpan ini.
Tiba-tiba Handphone-ku berbunyi…mungkin salah satu dari temanku yang menghubungiku…
“HP-ku bunyi…”
“Biarkan saja,…tidak apa-apa…” katanya berbisik.
“Tidak…jangan, aku harus mengangkatnya..itu pasti penting” Ingin kulepaskan tubuhku dari dekapan Take-san.
“Jangan…” katanya lagi.
“Tapi Take-san….”
Handphone lainnya berbunyi, tidak lain itu adalah milik Take-san sendiri. Mau tidak mau dia melepaskanku,..karena bagaimanapun itu pasti jauh lebih penting, mungkin salah satu dari kliennya…Dan kami ‘pun mulai sibuk menjawab Handphone masing-masing.
*****

The Story Of Love "Sakuraba Takeshi" Part-1 chapter: "MY FIRST KISS"

Hari ini tepat bulan keempat sejak kami tingal bersama. Waktu berjalan begitu cepat…kami ‘pun semakin akrab…sangat mirip seperti Ayah dan Anak bahkan, beberapa tetanggga berkata demikian…kami melakukan segalanya bersama-sama makan, nonton, shopping dan hal-hal menyenangkan lainnya. Saat Ia pulang kerja aku menyiapkannya makan malam,…setelah itu kami nonton DVD bersama, makan cemilan,…kemudian bercerita mengenai kegiatan kami selama seharian penuh, Itulah keseharian kami…sungguh menyenangkan.
Terkadang, tanpa sadar aku memanggilnya Ayah…lalu sebentar-sebentar kakak,…lalu sebentar-sebentar lagi,…Take-san…hehehehehehehe lucu sekali…Tapi, aku suka. Aku menyukai Take-san…Ia baik dan juga sangat perhatian…aku senang. Kuharap, Takesan akan tetap selalu ada bersamaku,…tanpa ada sebuah kata “perpisahan” seperti yang terjadi pada Ibu dan Ayah…Aku harap dia tetap disini…karena, kusadari bahwa aku bukanlah tipe gadis yang mandiri,…aku membutuhkan seseorang… seseorang seperti Take-san. Apalagi pada saat-saat seperti ini…
“Minum obatnya secara teratur. Jangan sampai dibuang lagi…”
Aku mengangguk. Kuminum obatnya, butirannya banyak sekali ada tiga atau empat…sementara Dia memperhatikanku melakukannya. Obatnya, pahit…
Kemudian ia menaruh tangannya diatas kepalaku…
“”Lumayan turun…”katanya kemudian.
“Take-san, maaf…gara-gara aku kau batal berangkat kekantor…”
“Tidak apa-apa,…aku sengaja tidak kekantor, karena jika kau membutuhkan sesuatu aku bisa membantumu”
“Tapi, sakitku ‘kan tidak terlalu parah…paling-paling juga hanya butuh istirahat dua hari…”
“ kau cerewet…jika kubilang “aku tetap disini” ya aku akan tetap dsini…” katanya bersikeras.
“Take-san…”
“Ya”
“Jangan pergi,…tetaplah disni…”
“waaaaa…kau plin-plan, bukannya tadi kau menyuruhku pergi?....”
“Bukan itu…maksudku, jangan pergi dari rumah ini”
Ia tersenyum… “Iya, terserah kau saja…”
Jujur kuakui…saat Ia tersenyum, Ia tampan…tampan sekali. Saat Ia sedang berfikir serius ‘pun atau sedang marah-marah, Dia tetap tampan…Take-san, seperti laki-laki tanpa celah,…Ia sempurna. Aku senang punya Ayah seperti dia.
*****
Keesokan harinya, teman-temanku datang berkunjung…Katanya mereka khawatir padaku. Padahal, sudah beberapa kali kukatakan bahwa sakitku tidak begitu parah hanya flu saja…tapi mereka tidak percaya…dasar teman-teman…
“Waaaaaaaa…..Aibara, yang benar saja…siapa laki-laki tampan itu…?? Ya Tuhan…!!! dia tampan sekali…!!! bintang film ya….???”
“Yumi,…kau terlalu berlebihan, dia itu pamanku”
“Paaaamaaaaan….tampan sekali pamanmu…???”
“E, Miku kau tahu tidak…tadi, saat kami baru datang….kami pikir kami salah Alamat…Malahan Yumi sempat keluar-masuk beberapa kali untuk memastikan kalau nomor rumahmu itu ya Apartement nomor 210 lho…” Makoto menjelaskan…pantas saja, tadi mereka ribut sekali, ternyata ada salah paham dengan Take-san.
“Iya Miku,…untung saja paman yang tampan itu meyakinkan kami bahwa ini memang rumahnya Miku…habisnya, kami ‘kan tidak tahu…kami pikir miku itu tinggalnya sendirian…” Yumi menjelaskan dengan gaya khas bicaranya.
“Waaa…Miku, kau beruntung bisa dirawat olehnya…” Makoto menimpali.
“Hehehehehe….Kalian ini bisa saja,…Dia benar-benar pamanku…”
“Awalnya, kupikir dia pacar Miku…”
“hehhehehehehe…..” Aku tertawa melihat tingkah kebingungan kedua temanku.
“Tapi, entah kenapa menurutku kalian itu serasi…”
“Mana bisa begitu makoto….”
“ Kalau begitu, buat aku saja ya Miku…heheheheh”
“Eeeee..eee diam Makoto….dia datang…”
Benar saja, Takesan tiba-tiba muncul didepan pintu kamarku dengan membawa dua gelas besar Limun penuh.
“Waa..Paman jangan repot-repot…”
“Kalian ini ‘kan tamunya Miku…jadi tidak apa-apa…”
“Terima kasih…” jawab keduanya bersamaan
“Sudah ya…aku kedepan dulu. oke”
“Oke…”
(Sesaat Setelah Take-san pergi…)
“Waaaaaaaaaaa….tampan sekali….Miku, kau beruntung…!!!!!!”
“Sudahlah teman-teman…hentikan pikiran-pikiran konyol itu dari otak kalian…”
Disatu sisi aku menyangkal… tapi, disisi lain hatiku mengatakan…Bohong jika aku bilang bahwa “Take-san itu tidak tampan…” Dia memang sangat tampan….selain itu, dia juga dewasa…baik hati,…dan sangat perhatian. Apalagi disaat aku sedang sakit seperti ini…Dia sosok Ayah yang kubutuhkan.
*****
Makoto dan Yumi pulang sekitar pukul 17.00 sore. Jangan salah…bukan karena keinginan mereka ingin berlama-lama disini…tapi karena Take-san. Dia menceritakan banyak hal kepada keduanya dan kelihatannya itu seru sekali…Yumi dan Makoto kelihatan sangat tertarik dengan cerita konyol mengenai hantu penunggu gedung sekolah di SMA-nya Take-san dulu,… sampai-sampai mereka melupakanku…lalu setelah cerita seramnya berakhir dengan kematian salah satu teman Take-san,…cerita berikutnya mengenai Klien Take-san yang banyak mintanya dan kurang mengerti dengan bahasa Jepang karena kebetulan orang itu berasal dari Turky…tak terbayangkan, betapa sulitnya Takesan berkomunikasi dengan keluarga itu… mendengar cerita-cerita bohong itu, teman-temanku kelihatannya senang sekali…apalagi dengan candaan-candaan konyol yang dilontarkan Take-san. Jika bukan karena bunyi Handphone Makoto yang mengagetkan semua orang, cerita-cerita fiksi itu mungkin tidak akan ada endingnya sampai besok pagi…
“Gawat…! aku dicari Ibu..”Kata Makoto
“Ya…sayang sekali, padahal kita masih ingin mendengar ceritanya Take-san…”tersirat rasa kecewa pada raut wajah Yumi.
“Ya sudah, lain kali kalian kesini lagi ya…” kata Take-san sambil tersenyum.
“Benar ya…Lalu cerita selanjutnya apa??”…keduanya bertanya secara bersamaan
“Tentang gadis keras kepala yang sedari-tadi sangat bosan mendengarkan cerita-cerita pamanya…”
Lalu mereka bertiga tertawa…karena Take-san rupanya menyinggungku…
*****
(30 menit setelah kepulangan temanku…)
“Hey, apa yang kau lakukan…?”
“Tidak apa, ini hanya pekerjaan kecil…mudah saja kok…”
“Tapi kau ‘kan masih sakit….mana bisa kena air, lagipula ini sudah malam, suhu airnya pasti jauh lebih dingin…”
“Tapi ini ‘kan hanya gelas…”
“Jangan dicuci, biar aku saja…”
“Tidak apa-apa…”
“Miku…!!! Dengar aku…!!” Ia membesarkan suaranya.
“Ya….”
“Sudah hentikan…biar aku saja,…” katanya kemudian. Kali ini suaranya jauh lebih pelan.
“Iya deh…”
Lalu Take-san memapaku kembali kekamar…
“Tidur saja lagi…”
“Iya…” Aku mengangguk pelan…sembari kubaringkan tubuhku pada permukaan tempat tidur yang lembut.
Kemudian ia menempelkan lagi telapak tangannya didahiku…entah kenapa Take-san sering melakukan itu…tapi, biar sajalah…toh aku suka. “Badanmu masih hangat…”
“Kau harus menuruti semua perkataanku ya…?”…
Aku mengangguk.
“Take-san….terima kasih…”
Dibelainya rambutku hingga poniku tersikap…belaiannya begitu menenangkanku,…tangannya sedikit kasar tapi hangat… “Miku…, Miku…,Miku…” Take-san membisikkan namaku beberapa kali…“Aku khawatir padamu,…Jadi jangan melakukan hal-hal yang dapat membuatku marah-marah. Oke”
Aku mengangguk “Take-san…” tanpa sadar aku menyebut namanya…
Dia masih saja terus membelaiku….namun kali ini kami saling bertatapan. Matanya,…aku baru tahu kalau matanya Take-san itu berwarna cokelat…mata itu, mata yang tajam…Tidak salah memang jika Makoto dan Yumi mengatakan kalau Take-san Itu tampan, Ia memang tampan,…bahkan sangat tampan. Sebenarnya aku juga mengakui itu, tapi…mungkin tidak akan pernah kuucapkan dihadapannya seperti yang dilakukan Yumi maupun Makoto…mana ada anak yang mengatakan kalau “Ayahnya” tampan…Aku berjanji tidak akan mengatakan itu.
“Take-san…boleh aku memegang wajahmu…?”
“Boleh saja,…”
Kutaruh salah satu tanganku pada wajahnya, kemudian kuelus pipinya…sedikit kasar akibat jenggot-jenggot halus. “Kurasa paman butuh cukuran…”
Ia tersenyum mendengar ucapanku….masih kuelus wajahnya sementara Take-san masih membelai rambutku.
“Apa…” Take-san mengatakan sesuatu tapi kurang jelas…mungkin “apa” aku kurang mendengarnya dengan baik… karena terlalu terbuai dengan belaian tangannya yang hangat…sehingga perlahan-lahan mulai kututup mataku…
Dahiku,…tiba-tiba terasa sesuatu didahiku, sedikit lebih hangat. Rasa hangat itu cukup lama…perlahan-lahan kubuka mataku kembali, tapi aku tidak bisa melihat apa-apa selain tubuh takesan…tubuhnya menutupi pandanganku. Take-san mengecup keningku….Apakah tidak apa-apa??...perlahan-lahan kemudian kecupan Takesan pindah ke mata kiriku,….Take-san…
“Jangan buka matamu…” bisiknya.
Take-san menyapukan wajahnya di wajahku, bisa kudengar suara nafasnya….dan kini kecupan itu pindah lagi ke bagian pipiku….spontan kututup kembali rapat-rapat kedua mataku.
“Kau itu,…manis sekali…” bisiknya lagi…
“Take-san, jangan,…jangan lakukan itu…..”
“Tidak apa-apa…”
Kenapa??....kenapa take-san seperti ini??...aku menolak, tapi entah kenapa tubuhku mengatakan lain…kemudian Dia memegang satu lenganku.
“Miku…”
Dia melepaskan kecupannya dipipiku….Kubuka mataku, lalu Dia tersenyum..dan kini kami saling bertatapan. Namun entah mengapa matanya itu memancarkan seberkas cahaya yang berbeda dari yang biasanya. Dia bukan seperti Take-san yang kukenal, Sorot mata yang tidak biasa....sorot mata yang tajam…sorot mata yang serius…sorot mata seorang laki-laki,…apa ini?? Apa maksud dari tatapan itu??....
Kemudian Ia mendekatkan wajahnya ketelingaku…lalu berbisik… “Miku,…berbagilah denganku…kumohon” Bukan berbisik, kali ini dia tidak berbisik…lebih tepatnya,…mendesah…
“Take-san…”
Take-san tersenyum…Spontan Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku…lebih dekat..dan lebih dekat… bahkan sangat dekat…saking dekatnya, hingga aku merasakan sesuatu dibibirku, rasa itu…rasa lemon,…tapi bukan…lebih tepatnya rasa limun…rasanya fresh, rasa segar itu menguasaiku…sedikit kecut…tapi hangat. Lalu tiba-tiba aku menyadari sesuatu…sesuatu yang mengatakan bahwa ini tidak boleh terjadi.
Tidak, tidak Take-san…bukan seperti itu…jangan…! Take-san, jangan kecup bibirku...tidak boleh…pokoknya tidak boleh! ini tidak mungkin ‘kan….??? Take-san..Dia menikmati itu. Beberapa kali Ia bergumam sesuatu, tapi kurang jelas. Tidak…!!! Kumohon hentikan…tapi aku tidak berdaya, Dia menguasaiku….lalu,…Lama-kelamaan aku mulai merasa sesak,…Dia bahkan hampir-hampir menindih keseluruhan tubuhku. Hentikan…!!! Aku mencoba melepaskan diri tapi tubuhnya terlalu kuat...Dia mengunci tubuhku…dan kali ini aku benar-benar tidak bisa bernafas,…tidak hanya itu,….rasanya sakit,…aku menangis…aku sudah tidak tahan lagi….aku aka mati rasanya. Ini seperti tenggelam didalam kolam…tanpa udara..Tidak…tidak…tidak…!!!
“TIDAK…..!!!!” Entah aku mendapatkan kekuatan itu dari mana..tiba-tiba saja aku mampu melepaskan diri lalu mendorongnya…butuh tenaga besar untuk melakukan itu mengingat Take-san itu adalah sosok laki-laki yang tinggi dan besar…spontan Ia tersungkur kebelakang…Dia kelihatan sangat terkejut dengan aksi menolakku…
Sementara aku hanya bisa menangis…menangis sejadi-jadinya…berteriak sekuat-kuatnya…Tapi itu percuma saja karena seluruh ruangan di Apartment ini kedap udara….yang bisa kulakukan hanya menangis sekeras-kerasnya….ingin sekali aku berontak, tapi aku tidak berdaya…kepalaku sakit…dan seluruh tubuhku lemas….Rasa marah, malu, takut, sedih, benci, kesal,…semuanya bercampur menjadi satu….membentuk suatu rasa…rasa “kesakitan yang mendalam” dan rasa itu memenuhi seluruh ruang-ruang di kepalaku…
Dia,…Take-san, baru saja membuktikan bahwa dirinya bukan Apa-apa bagiku…Dai baru saja membuktikan bahwa Dia adalah laki-laki rendahan,…Dia baru saja membuktikan bahwa Dia hanyalah laki-laki yang mengharapka sesuatu dariku selama ini. Kebaikannya selama ini benar-benar telah menipuku….Tidak…!!! Take-san itukah dirimu yang sebenarnya…???....Padahal selama ini kau kuanggap sebagai keluargaku sendiri. Aku masih terus menangis….menangisi kebodohanku. Sementara Dia, tidak bergerak sama sekali dari tempat terakhir Ia jatuh….matanya tak berkedip sedikitpun…tersirat rasa tidak percaya dan rasa kaget luar biasa dari raut wajahnya…Dia terus memandangiku yang sedang menangis entah apa yang sedang dipikirkanya.
Sementara aku…menyedihkan. Take-san…mengapa akhirnya jadi seperti ini…? Kau adalah orang yang kupercaya…kau adalah orang yang kuanggap seperti keluargaku sendiri..kau adalah orang yang kuanggap seperti AYAHKU…Ayah pengganti kedua orang tuaku…tapi kenapa kau tega???...setidaknya jika kau ingin melampiaskan nafsu setan-mu itu,…lakukanlah dengan orang lain, bukan diriku…kenapa harus aku???....bukankah kau bilang bahwa aku ini anakmu??....tapi kenapa kau tega menyakitiku???….mana ada Ayah yang seperti itu….kau pembohong….!!!aku benci kau!!!! Seharusnya aku tahu ini sejak awal,…aku memang bodoh.
Kekecewaan ini…tak akan pernah terlupakan, kekecewaanku kepada Take-san…laki-laki yang kupercaya, kini dia merusak hubungan itu. Aku tidak rela….Aku tidak rela di sentuh olehnya….!!! kuseka bibirku begitu juga dengan seluruh wajahku yang tadi disentuhnya…aku tidak sudi…!!!aku jijik!!!
“KAU JAHAT TAKE-SAN…..!!!!!!!” teriakku disertai tangisan..
Dia tetap diam. Sesaat Ia membasuh wajahnya dengan kedua tangannya….lalu menghembuskan nafas...hanya itu ekspresinya. Sungguh bejat….ia tenang sekali menghadapi ini semua….Apa Dia menganggap bahwa ini bukan masalah…??...atau Dia memang tidak peduli dengan semua yang terjadi…
*****
Laki-laki yang bernama Sakuraba Takeshi baru saja memperlihatkan wujud aslinya yang sebenarnya. Wujud asli yang selama ini tertutupi oleh seluruh kebaikan, keramahan, dan kepedulian PALSU-nya padaku. Aku masih saja tidak percaya jika…ciuman pertamaku direnggut oleh laki-laki yang telah kuanggap sebagai Ayahku sendiri, apa yang ada dalam benak Take-san sehingga Dia nekad melakukannya???...tidakkah Ia merasa bersalah…??? Lalu kenapa ekspresinya biasa-biasa saja setelah kejadian itu…?? Take-san, tega sekali kau…Aku benar-benar salah menilaimu, tak ada lagi sosok Ayah…yang kini ada hanya rasa kebencian yang sangat besar dan memenuhi seluruh jiwa dan pikiranku.
Take-san, kau hampir saja membunuhku. Tidak hanya dengan ciumannya yang mengagetkan dan membuatku hampir mati karena susah untuk bernafas, tapi…tingkah lakunya selama ini…tingkah laku “munafik” yang memang benar-benar dapat membuat siapa saja tergugah hatinya...betapa baiknya dia, betapa ramahnya dia…itu semua ternyata PALSU. Jelas apa yang dilakukannya padaku hanyalah sebatas nafsu….nafsu bejat!! Tidak tulus…!!! Hanya sebuah keinginan sesaat, dan jelas itu melecehkanku…Dia pikir aku ini gadis seperti apa???...yang ingin diperlakukan seenaknya saja olehnya…?? sesuka hatinya…??
Take-san…kupikir selama ini Ia mengerti diriku, tapi ternyata tidak…Dia tidak mengerti beberapa hal mengenai diriku bahwa…bagaimana aku mengagumi sosok Dia sebagai Ayah… bagaimana aku menghormati dan menghargai dirinya…bagaimana aku mempercayainya…dan…bagaimana Ia tidak mengetahui bahwa aku bukan gadis yang tepat tempat Ia melampiaskan nafsu lelakinya itu…Bagaimana dia tidak menyadari benar berapa usiaku dan berapa usia Dia sekarang…dan betapa sakit hatinya aku karena…Aah!!!…sudahlah, aku tidak sanggup lagi. Sejak awal aku memang melupakan sesuatu…melupakan bahwa Dia adalah laki-laki asing yang baru saja kukenal selama empat bulan dan membiarkan kami tinggal bersama dalam satu atap.

The Story Of Love "Sakuraba Takeshi" Part-1 chapter: "I HATE YOU"

Satu minggu telah berlalu semenjak kejadian memalukan itu. Kami tidak pernah bertemu lagi…entah apa dia pindah rumah atau memang tidak pulang, aku juga tidak tahu…atau dia memang pulang hanya saja setelah larut malam saat aku sudah tertidur lalu pergi kerja pada pagi harinya disaat aku belum terbangun. Entahlah…aku tidak ingin tahu soal itu dan tidak ingin mencari tahu. Aku tidak pernah melihat Take-san lagi, lebih baik begitu ‘kan…kami sebaiknya jangan bertemu..jika perlu untuk selama-lamanya.
Aku ‘pun… mulai berusaha melupakan kejadian memalukan itu dengan melakukan berbagai kesibukan…atau lebih tepatnya kesibukan yang membosankan. Berbagai hal kukerjakan…belajar, nonton DVD, main game, menyulam, makan cemilan…tapi semuanya gagal, semua kesibukanku pastinya berakhir dengan rasa “bosan”. Sulit untuk melupakan kejadian itu, apalagi jika itu dialami untuk yang pertama kalinya. Mungkin ini yang dinamakan “Syok” …sesaat aku berfikir, bahwa betapa bodohnya aku…menganggap Dia sebagai “Ayah” Jauh disana, Take-san pasti menertawakanku…menertawakan kebodohanku.
Entah kenapa kejadian itu terus membayang dikepalaku…seperti tertanam kuat dan berakar. Sulit sekali dilupakan. Aku masih bisa merasakan desahannya,…hembusan nafasnya yang rasa limun…gumamannya yang tidak jelas…semua itu, terasa menyebalkan…!!! aku benci dia…aku benci Take-san…!!!
*****
Sekarang ini…merupakan minggu kedua semenjak Take-san melakukan tindakan yang tidak tergugah itu. Kami masih saja belum bertemu, mungkin Dia memang sudah pergi dan memutuskan untuk tidak kemabali ke Apartment selama-lamanya. Jika memang begitu,..artinya Dia masih memiliki perasaan bersalah didalam hatinya…baguslah.
Jadi, semua kembali seperti semula…aku tinggal sendirian, kesepian, sunyi,…makan sendiri,…dan melakukan segalanya seorang diri….tanpa ada Take-san. Take-san, seandainya saja kau tidak bertindak sebodoh itu, mungkin sampai sekarang kita masih tinggal bersama…melakukan segalanya bersama,…dan jika perlu untuk selama-lamanya, tapi kau merusak segalanya…kau merusak hubungan baik itu…Take-san Bodoh…!!!
Tapi, tunggu dulu…Aku tidak menginginkan Dia kembali ‘kan???..aku tidak berharap bahwa dia nantinya akan pulang ‘kan..????...Lalu mengapa aku terus memikirkanya…??? Mengapa wajahnya selalu terbayang dibenakku…??...dan kenapa namanya seperti selalu kusebutkan didalam hatiku..???..Oh, tidak…ini bebar-benar tidak penting. Ayolah Miku…lupakan Dia. Take-san itu jahat…tak ada alasan penting untuk mengingat dia ataupun membayangkan wajahnya yang menyebalkan itu…Lagipula Dia buka siapa-siapa ku ‘kan…Aku kenapa…?? Kenapa…semakin aku ingin melupakan dia, maka semakin lekat ingatanku mengenai dirinya. Mungkin aku sudah gila kerena ciuman dadakan itu.
“Hey Miku, nanti aku kerumahmu lagi ya…”
Lamunanku terhenti oleh bisikan Yumi…
“Untuk apa?”
“Hihihihihi, aku ingin bertemu dengan pamanmu yang tampan itu…boleh ya Aibara?”
“Yumi…”
“Please…boleh ya…”
“Dia tidak ada,…sedang keluar kota” Bisikku
“Kau bohong…”
“Aku serius, untuk apa berbohong…”
“Aibara, Satoshi,…apa yang kalian perbincangkan…??” Tiba-tiba guru kelas menegur kami.
“E….eee tidak Bu…hanya diskusi” kata Ayumi menyangkal, Dasar yumi….
“Tuh ‘kan kubilang apa…..”
Begitulah…Dimanapun aku berada, orang-orang pasti membicarakannya. Bagaimana tidak, Yumi dan Makoto menyebarkannya kepada teman-teman yang lain bahwa ada pria tampan yang kini tinggal di Apartmentku, dasar teman-teman…..Sontak yang lainnya ‘pun menanyakan ini itu padaku…bukan hanya satu atau dua orang…bahkan teman-teman dari kelas sebelah ‘pun tidak luput dari gossip tidak penting itu. Aksi Penasaran teman-teman ini sudah berlangsung selama dua minggu, mereka semua penasaran dengan ketampanya Take-san... katanya, mereka tidak sabar ingin melihat Om om yang tampan itu….hehehehehe
Rasanya lucu juga….bahkan kemarin ada yang bilang seperti ini…
“Aibara apa betul Om om yang dirumahmu itu tampan….?”
Ada juga yang bilang seperti ini…
“apakah dia berjenggot….atau ada kumisnya….??? Apa dia gendut???”
Dan begini juga….
“Uangnya banyak…??? Pacarnya banyak..??? atau Dia sudah menikah???”..
Hehehehehe lucu sekali….
Dan yang lebih parah lagi ada yang seperti ini….
“Apa dia keturunan Pangeran Charles, itu lho….pangeran yang dari Inggris itu….”
Benar-benar tidak masuk akal…ini semua gara-gara Yumi dan Makoto menyebarkan gossip tidak penting ini….Jadinya, mereka semua ingin kerumahku. Gampang, kubilang saja kalau Paman itu sedang keluar kota…Dia sibuk Karena profesinya yang seorang pengacara, kerjaanya banyak. Lalu apa kata mereka….
“Ooooo begitu….lalu pulangnya kapang dong…??? Tanggal berapa…? Kabari aku ya….”
Ya Tuhan…kapan pertanyan–pertanyaan konyol ini akan berakhir. Padahal memang seperti itu ‘kan…Paman itu memang sedang tidak ada dirumah,…aku tidak bohong, tapi bedanya…aku tidak tahu dimana Dia sekarang…
Bagaimana bisa aku melupakan Take-san jika semua orang-orang disekelilingku membahas tentang dirinya…sedikit-sedikit Take-san, apa-apa Take-san…Yang tadinya aku ingin melupakan Dia, mau tidak mau jadi teringat juga…
Take-san...senyumnya, wajahnya, matanya, cara bicaranya, cara berjalannya…semua itu sulit untuk dilupakan …Take-san itu, memilki sesuatu…seperti daya tarik yang bisa menarik perhatian orang lain. Makanya, aku berusaha untuk melupakannya, jangan sampai aku tertarik olehnya…tidak boleh!!!
*****

(Waktu istiahat sekolah…)
Seperti biasa, saat istirahat aku, Makoto, dan Yumi duduk ditaman sekolah . Alasan kenapa kami bertiga bisa menjadi sahabat dan sangat akrab, karena kami memiliki hoby yang sama…”tidak begitu suka dengan keramaian” kami berteman sejak kelas tiga SMP…waktu itu kami kebetulan sekolah di SMP yang sama, dan karena merasa ada kecocokan, makanya kami berjanji untuk sekolah di tempat yang sama saat SMA. Satu prinsip kami bertiga… “Tidak ada yang bisa mengerti kami bertiga selain kami bertiga ini juga….” Makanya kami tetap bersahabat sampai sekarang…mereka adalah sahabat terbaikku. Disaat aku sedih, mereka selalu mendukungku begitu juga sebaliknya...misalnya saat aku baru saja kehilangan Ibu…tak henti-hentinya mereka menghiburku dan memberiku semangat hidup, “bahwa kehilangan orang yang disayangi bukan akhir dari sebuah kehidupan…”begitu katanya… oleh karena itu aku tidak ingin kehilangan mereka, salah satu alasan kenapa aku mati-matian menolak pindah ke Panti Asuhan Kyoto dan memaksakan diri untuk tinggal serumah dengan laki-laki asing seperti Take-san…karena aku tidak ingin jauh dari mereka, sulit mendapatkan sahabat seperti Yumi dan Makoto…walaupun mereka itu tukang gossip berat. Heheheheheeh….
Tapi kali ini berbeda,...masalah dua minggu lalu yang kualami dengan Take-san, tidak kuungkit sedikit ‘pun dihadapan mereka. Bukan apa-apa,..aku tidak ingin kebanggaan sahabat-sahabatku terhadap laki-laki itu musnah seketika jika kuceritakan wataknya yang sebenarnya…belum lagi, ini merupakan Aib…bisa menjadi masalah besar jika keduanya tahu, aku juga malu…pokoknya tidak akan pernah kuceritakan.
“He, teman-teman…kalian kenal Erika ‘kan?” Yumi memulai gossipnya.
“Erika…? Iya kenal..anak kelas 1C itu ‘kan…?”
“Memangnya ada apa dengan Dia, Yumi…? Tanyaku.
“Katanya Dia berhenti sekolah lho…”
“ Yang benar…? Kok bisa…??” Aku dan Makoto bertanya bersamaan dasar kami ini….walaupun terkenal tidak banyak bicara didepan umum tapi disaat ngumpul bertiga, lancar sekali kalau urusan gossip-menggosip.
“ Dia itu MENIKAH MUDA…” Yumi mengecilkan suaranya
“MENIKAH…!!!!???? DIUSIA 16 TAHUN…???!!!!”
“Iya…..katanya sih begitu…”
“Masa’….??”
“Percaya deh…gossipnya, Dia dan pacarnya KAWIN LARI…”
“KAWIN LARI….!!!!”
“Ssssssssst…..pelankan suara kalian,….Sebenarnya kejadian ini sudah menjadi rahasia umum dikalangan anak kelas 1 sejak satu minggu terakhir lho….”
“Lalu…Erika bagaimana…???” Aku dan Makoto penasaran
“Ya …mau diapakan lagi, terpakasa kedua orang tua Erika merestui hubungan mereka…kabarnya Ibunya Erika itu sampai stress berat karena kejadian ini…”
“Ya jelaslah…orang tua mana yang senang melihat anaknya seperti itu…apalagi Erika itu ‘kan anak satu-satunya cewek dikeluarganya…” Makoto menimpali.
“e, ada kabar yang lebih hot lagi lho…”
“Apa…??” Aku dan Makoto semakin penasaran penuh tanya…
“ Erika ternyata mengandung tiga bulan…” Yumi kembali mengecilkan suaranya.
“APA????....MENGANDUNG…?????”
“Iya…begitulah yang namanya Cinta…”
“Tunggu dulu, kalau tidak salah pacarnya Erika itu ‘kan seorang pekerja kantoran yang usianya terpaut 14 tahun lebih tua dari usia Erika sendiri” kata Makoto
“Iya benar, tidak salah lagi…laki-laki yang itu….”
“Aku pernah melihat mereka pada pesta kembang api musim panas tahun lalu, kalau tidak salah namanya….aduh siapa ya namanya…??? aku lupa...pokoknya mereka mesrah sekali deh...”
“Padahal, hubungan mereka itu sempat diwarnai putus-nyambung beberapa kali lho…”
“ Yang benar…waaaaaa”
“Tapi itulah yang dinamakan cinta sejati. Kabarnya, Erika tidak bisa jauh dari laki-laki itu….begitu pula sebaliknya, malahan ada yang mengatakan…dulu, waktu mereka putus…laki-laki itu jadi stress!! Hampir gila lho…hanya karena ingin bersama-sama lagi dengan Erika”
“Masa’?”
“Waaaaaaaaa…laki-laki yang hebat…” tersirat rasa kekaguman yang besar dari raut wajah Makoto.
“Laki-laki itu sudah dewasa, jadi ingin cepat-cepat punya anak…makanya mereka kawin lari…” kata Yumi
“Sedalam itukah cintanya…???”
“laki-laki itu, kalau memang sudah terlanjur cinta bisa nekad lho….Dia bisa melakukan apa saja asalkan bisa mendapatkan gadis yang diinginkannya. Misalnya saja seperti yang terjadi pada Erika…”
“E, Aibara…bagaimana menurutmu?” Yumi bertanya
“E…e..aku…Bagaimana ya…???” aku berfikir sejenak. “Entahlah Yumi,…aku tidak bisa berkomentar apa-apa..soalnya, aku tidak punya pengalaman sama sekali...”
“Aduh Aibara…yang namanya pacaran itu, tidak butuh pengalaman….itu semua akan terjadi seperti air yang mengalir….kau mengerti ‘kan??? alami…..”
“Tapi, ngomong-ngomong…apa kau sudah punya pacar Aibara??...atau kau sedang menyukai seseorang…??”
“Aku…?? Ee….tidak, aku sedang tidak menyukai siapa-siapa…”
“sayang sekali ya….padahal Miku itu ‘kan anaknya cantik…sudah begitu, sexi lagi….” Makoto menimpali.
“Iya lho Miku,….padahal ‘kan banyak sekali yang naksir sama kamu, jangan pura-pura lupa deh….”
“Maksudmu kakak kelas yang pernah kekelas kita hanya demi nomor Handphone-nya Miku itu ya?...”
“Bukan Cuma itu….Si Kenji dari kelas 1B juga, Lalu Noba dari tim Football juga, lalu…”
“Teman-teman…sudahlah. Mana bisa aku pacaran…aku, masih harus fokus dulu terhadap sekolahku”
“Waaaaa….Miku ini ternyata masih lugu…sebaiknya kau cepat-cepat cari pacar, paling tidak pilihlah salah satu diantara mereka”
“Hehehehehe….”aku hanya bisa tertawa mendengar ucapan kedua temanku.
“ Iya Lho miku, sebentar lagi ‘kan usiamu 17 tahun… masa’ belum punya pacar sih….kau payah….kau harus pandai-pandai menarik perhatian laki-laki…” kata Makoto
“He, Makoto…kau pikir Miku itu gadis yang seperti apa??...”Yumi keberatan dengan perkataan Makoto
“Hehehehehehehe…kalian ini lucu sekai…” aku tertawa lagi
“Tapi ini memang serius lho Miku, kau tidak boleh sendirian terus ‘kan…” Kata Yumi lagi.
“Iya Miku…jika boleh carilah laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab, tampan, dewasa, dan tentu saja Dia harus kaya…”
“Waaaaaaaaaa…..Makoto ini ternyata matre juga ya…”
“Tapi serius lho….asal kau tahu saja ya Miku, berciuman dengan laki-laki dewasa itu….”
“IIeeeeeeeh….hentikan!! Makoto kau ini jorok sekali….!!!!” Yumi keberatan
“Aku membaca ini dimajalah…katanya, be…..”
“Hentikan…hentikan!!!!!…..hentikan!!!!!!!!!” Kata Yumi sambil menutup rapat kedua telinganya.
Kami tertawa geli melihat tingkahnya….
Aku tertawa…tertawa melihat tingkah konyol kedua temanku, seolah-olah saja aku ini gadis lugu yang belum pernah mengalami hal-hal yang demikian….Padahal ‘kan aku….Take-san,..aku mengingatnya lagi. Dimanapun aku berada atau sedang membicarakan apa saja, pasti pokok permasalahannya akan tertuju juga pada Take-san…Ya Tuhan, kenapa sih otakku ini…
Tapi, apa yang dikatakan Makoto…kupikir itu salah besar. Ketika Take-san melakukan itu,…aku benar-benar takut…Dia berbeda dari Take-san yang kukenal. Ketika Dia mencoba untuk membuatku tidak bernafas,…aku justru malah tidak berdaya…saat Dia melakukan ciuman itu, wajahnya dekat sekali….wajahnya juga besar,…sikapnya terkesan memaksa dan terburu-buru…berbeda sekali dengan apa yang dijabarkan Makoto. Menurutku, berciuman dengan orang dewasa itu….aneh.

*****

The Story Of Love "Sakuraba Takeshi" Part-1 chapter: "I CRY I REMEMBER YOU"

Malam ini entah kenapa aku sulit untuk memejamkan mataku. Rasa gelisah, bosan, panas, (karena kebetulan pendingin ruanganya memang mati…) semuanya bercampur menjadi satu….menyebalkan, rasanya seperti ada beban berat yang menumpu dikepalaku. Percuma saja menghitung Domba…pada hitungan ke-206 koma sekian-sekian, pasti hitunganku salah lagi. Kubalikkan badanku kekanan….lalu kekiri…lalu dengan gaya Kodok, tapi percuma saja,…aku tetap sulit untuk memejamkan mata….malahan tempat tidunya jadi berantakan begini….Lalu apa yang harus kukerjakan…???? Makan, nonton DVD??..aah tidak, semua kegiatan itu telah kulakukan kemarin malam.
Belakangan ini aku sulit tidur, saat bangun pagi rasanya mataku perih dan kepalaku pusing. Di siang harinya aku tidak selera makan ….pada malam harinya aku hanya makan cemilan… lalu setelah itu, main game sampai larut malam….dan pada tengah malamnya aku tidak bisa tidur, dipagi harinya lagi aku berangkat kesekolah…. disiang hari setelah pulang sekolah kegiatanku hanya menggambar tidak jelas dan menyulam asal-asalan…tidak ada kegiatan penting, membosankan. jika kuterapkan pola hidup seperti ini...bisa-bisa aku jatuh sakit….
Keadaanya berbeda sekali dengan dulu…ketika Take-san masih ada, setiap paginya aku harus bangun Subuh untuk membuat sarapan. Lalu makan bersama, kemudian Ia mengantarkanku kesekolah….disore harinya, aku harus buru-buru ke mini market untuk membeli lauk, lalu pulang dan memasaknya….pada malam harinya kami ‘pun makan bersama…tapi sekarang, semua kegiatan itu tidak perlu kulakukan lagi…
Tuh ‘kan…lagi-lagi teringat dia….teringat pada masa-masa dimana kami masih tinggal bersama dan sangat akrab seperti Ayah dan anak. Semua yang diperintahkannya pasti harus kukerjakan, jika tidak…dia akan uring-uringan dan marah-marah tidak jelas…atau mengomel dengan membuat tingkah-tingkah konyol dan super aneh….benar-benar seperti Ibu Tiri dia itu. Take-san itu sebenarnya lucu….kadang aku senyum-senyum sendiri jika mengingat-ngingat kelakuannya selama ini.
Take-san, kau dimana…?? kenapa kau tidak pulang…??...atau paling tidak pamitlah padaku dulu jika kau memang ingin pergi dan meninggalkan rumah..walaupun hanya sekedar basa-basi. Kuingat cerita teman-teman kemarin siang, katanya…. cinta sejati itu, “jika seorang gadis tidak bisa melupakan laki-laki yang disukainya…begitupula sebaliknya”….tidak!!! tidak…!! Tidak…!!! Bukan yang seperti itu….mana bisa aku menyukai Take-san…??? Hanya karena terus memikirkan Dia, belum tentu menyukainya ‘kan….?? aku hanya mengingat masa-masa konyol disaat-saat kami bersama sebelum kejadian itu, soalnya dia itu tukang atur dan sok perintah….hanya itu saja. Lagipula, jauh disana..belum tentu Ia memikirkanku…aku saja yang terlalu gelisah….dan kurasa Dia tidak punya waktu untuk itu, Take-san itu ‘kan laki-laki yang super sibuk dan sangat senang menenggelamkan diri dalam pekerjaannya sebagai seorang pengacara.
Ada lagi sifatnya yang tidak bisa kulupakan, Take-san itu orangnya baik hati dan perhatian. Tidak bisa dipungkiri lagi…dan munafik jika aku tidak mengakuinya, aku sangat merindukan Take-san…Dua minggu tidak bertemu dengan dia rasanya seperti 200 tahun lamanya…Kurasa aku tersiksa…bagaimana tidak, pikiranku dipenuhi oleh dirinya….Disatu sisi, hatiku mengatakan lupakan dia Miku, tapi disisi lainnya hatiku berkata…aku merindukanmu Take-san…
Aku memang merindukan Take-san….ketika Dia mencium keningku, rasanya hangat….Ya Tuhan, perasaan ini tidak salah ‘kan…Take-san juga tidak salah, yang sebenarnya salah adalah…waktu. Kuakui, aku gagal melupakan Dia, semakin ingin kulupakan maka semakin kuat ingatanku mengenai dirinya….Tanpa sadar pipiku basah, aku menangis…menangis karena merindukan Take-san….
“Take-san, kau dimana???” kuseka air mataku yang semakin mengalir.
Aku ini manja…kucoba hentikan tangisku tapi percuma saja, hatiku mengatakan “menangislah Miku…menangislah demi dia…kini dia segala-galanya bagimu…..” aku masih terus terisak-isak seperti anak kecil yang baru saja kehilangan Ayahnya….
*****

Aku baru menyadari hal itu…bahwa betapa pentingnya Take-san. Ini minggu ketiga setelah kepergiannya, rumah semakin sepi tanpa Take-san. Oleh karena itu, kuputuskan untuk mencari suasana baru…misalnya seperti berlama-lama dirumah Makoto sepulang sekolah. Toh dirumah aku sendirian, ditempat Makoto jauh lebih ramai…ada Ibunya, adik laki-laki dan kedua kakak kembarnya.
Banyak hal yang kami lakukan..makan siang bersama, bercerita berbagai hal, main Nintendo,…dan beberapa kegiatan menyenangkan lainnya. Dengan begitu, aku bisa sedikit melupakan Take-san…aku ingin menghilangkan perasaan rinduku padanya dengan mengalihkan perhatianku kepada ha-hal lain. Ya begini,..berkumpul dengan teman-teman jauh lebih asyik dibandingkan sendirian dirumah dan menangis karena rindu dengan laki-laki yang telah menyakitiku…seolah-olah saja laki-laki itu adalah orang yang paling penting didunia dan aku ingin dia cepat-cepat pulang lalu meyakitiku lagi….konyol sekali..!!
Keluarga Makoto sangat ramah dan menyenangkan, mereka juga Humoris. Ibu Makoto sangat menyayangkan atas kepergian Ibuku yang terlalu cepat dan “paman” yang terlalu sibuk keluar kota karena pekerjaannya sehingga tinggallah aku sendirian dirumah tanpa ada yang mengurus (Makoto mengatakan pada Ibunya kalau aku mempunyai paman yang tampan dirumah…). Kata Ibu Makoto, aku terlalu kecil untuk tinggal sendirian…itu sangat berbahaya mengingat kejahatan semakin genjar beberapa bulan belakangan ini dan anak SMA sering sekali menjadi korbannya. Beliau menyarankan aku untuk menginap dirumahnya selagi paman belum kembali dari luar kota, tapi kutolak dengan alasan bahwa pamanku akan segera pulang dalam minggu ini…walaupun itu hanya basa-basi saja, tapi sebenarnya itulah harapanku.
O iya, alasan lain kenapa aku betah berada dikediaman keluarga Fuuriyu adalah… karena kedua kakak kembar Makoto yang super-super lucu. banyak hal–hal konyol yang dilakukan sikembar sehingga kami semua tertawa, selain itu…ada-ada saja yang diceritakan keduanya sehingga cerita itu menjadi lucu padahal awalnya ceritanya itu adalah cerita sedih atau menyeramkan. Jika sudah Kakak Mokoto yang bercerita, pasti lucu….cerita apapun itu.
*****


aku pulang Dari rumah makoto sekitar pukul 19.00 malam. Salah satu kakaknya yang mengantarku dengan Motor hehehehehehe…..baru kali ini aku naik motor, itupun Ibu Makoto yang memaksa…katanya tidak baik anak gadis pulang sendirian pada malam hari. Jadilah aku naik motor besar…..kakak-kakak Makoto itu, walaupun mereka wanita…tapi kelakuannya seperti laki-laki..
“Terima kasih ya kak,…sudah repot-repot mengantarkan Miku pulang”
“Suda ya Miku….”
Ia menginjak gas beberapa kali, bunyinya keras sekali. Lalu setelah itu motornya meluncur dengan kecepatan penuh. lucunya lagi, semua orang yang melintas jadi memandangi Dia dengan tatapan heran. Mereka pasti berfikir “kok bisa seorang wanita mengendarai Motor Kawasaki yang begitu besarnya…???” …..
Setelah motor Kawasaki milik kakak Makoto menghilang dari pandanganku, segera saja aku masuk ke dalam gedung Apartment. Ini sudah cukup malam bagi ukuran gadis berseragam SMA yang masih berkeliaran diluar rumah. Aku berpapasan dengan beberapa tetangggaku, mereka menegurku dan bertanya tentang mengapa aku pulang telat hari ini???...lalu kujawab, bahwa aku baru saja dari rumah temanku untuk mengerjakan beberapa tugas sekolah, mendengar itu mereka mengangguk. Kemudian salah satu tetangga China yang bernama Tuan Chen berpesan bahwa “jangan terlalu lama diluar,…kurang begitu baik. Jika perlu sesuatu, datanglah ketempat kami…” begitu kata Beliau dan aku ‘pun mengangguk.
“Selamat malam, aku minta kunci kamar 210…” Kataku pada Front Office yang sedang bertugas malam itu.
Dia tersenyum, kemudian Petugas itu kelihatan mencari-cari kunci. Sekitar 10 atau 15 detik setelahnya, Dia menanyakan kepada temannya…entah apa yang dibicarakan mereka aku kurang begitu mengerti, seperti Bahasa Thailand….Ya, mungkin mereka orang Thailand…terlihat jelas dari struktur wajah mereka.
“Maaf Nona, tapi tadi kunci kamar anda telah diambil seseorang…” Akhirnya Dia berbicara padaku setelah tadi bercakap dengan temannya cukup lama.
“Kapan..?” tanyaku heran.
“Baru saja, sekitar 15 menit yang lalu…aku yang memberikannya” Teman yang tadi diajaknya bicara, kini menjawab pertanyanku..ternyata Dia bisa Bahasa Jepang.
“Siapa yang mengambilnya….?” Aku semakin curiga, pasti itu…
“Seorang pria, Aku kurang jelas dengan namanya…tapi Dia memiliki postur tubuh yang tinggi dan berambut hitam…tenang saja, aku sering melihatnya….mungkin salah satu keluarga anda” katanya berusaha menenangkanku.
Tidak salah lagi…itu pasti Dia. Aku bukanya panik karena takut kalau-kalau orang yang mengambil kunciku itu adalah perampok atau sejenisya, tapi aku panik karena…..siapa lagi yang tahu nomor Rumahku selain Aku sendiri dan Take-san…itu pasti Dia, Itu adalah Take-san. Tanpa berbasa-basi lagi dengan petugas-petugas Thailand itu, segera saja aku berlari menuju lift.
Take-san, kau pulang. Aku harus cepat, ada banyak hal yang ingin kutanyakan padanya…aku ingin memperjelas semua masalah diantara kami…aku ingin berbaikan lagi dengannya dan melupakan semua kejadian itu. Take-san…akhirnya kau pulang juga setelah sebulan lamanya. Jantungku berdebar kencang…tanganku gemetaran hebat. Ya ampun…apa yang kulakukan, bodoh sekali….kenapa aku harus gugup bertemu dengan Take-san…???? pokoknya aku harus berani. Jika memang aku tidak sanggup untuk berbicara panjang lebar dengannya mengenai masalah itu, paling tidak harus kukatakan sesuatu…seperti “hai….” Atau “maaf..” atau kata-kata lainnya asalkan aku bisa bertatap muka langsung dengannya.
Kini aku sampai dilantai 12, segera saja aku berlari menuju pintu Apartmenku. Kutarik nafasku dalam-dalam lalu menghembuskannya kembali, kucoba tenangkan diriku….
Kubuka perlahan-lahan daun pintu rumahku, benar-benar tidak dikunci…Dia memang datang. Bagaimanapun aku harus bertemu dan bicara dengannya walaupun hanya sekedar basa-basi….Pokoknya HARUS. Perlahan-lahan aku masuk lalu pintu kututup kembali. Dugaanku semakin kuat kalau itu memang Dia setelah melihat sepatunya…Aku tersenyum, dasar Take-san…kapan Dia akan mengingat untuk merapikan sepatunya….?? Itulah kebiasaannya.
Segera saja aku keruang santai…dia tidak ada, dapur…juga tidak ada, ini tidak biasa. Aku tahu kebiasaan Take-san lainnya…ketika baru pulang kerja, Dia pasti keruang TV lalu ke kedapur untuk mengambil Limun..tapi kali ini berbeda. Mungkin, Dia langsung menuju kamarnya…aku harus kesana.
Langkahku terhenti ketika kulihat sesuatu dilantai. Beberapa meter dari kamar Take-san….ada sepatu wanita berwarna merah. Sepatu milik siapa??...lalu kulirik pintu kamarnya dari kejauhan, pintunya terbuka lebar…tidak dikunci. Mungkin itu teman kantornya???...tapi kenapa harus masuk kekamar???...apa aku harus masuk kesana untuk memastikan???...ah, betapa kurang sopannya aku jika seperti itu…mungkin saja mereka membicarakan sesuatu yang benar-benar penting dan berhubungan dengan pekerjaan mereka…makanya harus didalam kamar.
Tapi aku penasaran…disamping ingin cepat-cepat bertemu dengan Take-san, aku juga penasaran dengan wanita itu…apakah Dia pacarnya??...bagaimana aku bisa tahu jika aku tetap diam saja disini. Iya, pokoknya aku harus masuk kekamarnya Take-san. Kemudian aku melangkah…perlahan dan perlahan…satu langkah, dua langkah….lalu kudengar suara-suara aneh…,dan aku tahu suara itu, suara itu milik Take-san. Tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak. Haruskah aku benar-benar masuk???...apa yang dilakukan Take-san dengan wanita bersepatu merah itu…???...pertanyaan-petanyan curiga semakin memicu rasa penasaranku yang begitu dalam, kulangkahkan lagi kakiku….perlahan dan perlahan….Suaranya semakin terdengar, Take-san mengatakan sesuatu tapi kurang jelas. Kini aku tepat berada disisi kiri pintu kamarnya…
Take-san…apakah dia dan wanita itu???..tidak mungkin!!! Jika memang mereka melakukan sesuatu didalam, pasti pintunya dikunci…ini malah dibiarkan terbuka. Aku harus masuk tidak/ya??...aku ternyata masih ragu….kusandarkan diriku pada tembok sisi pintu, kutarik nafasku dalam-dalam….lalu kuhembuskan kembali. Sebaiknya jangan, toh besok masih ada waktu.
“AAAA….”Tiba-tiba wanita itu berteriak, jantungku berdebar….
“Aaaaa…” kini Ia teriak lagi, tapi lebih pelan.
Tidak ada pilihan…I have no Choice, aku harus masuk.
*****
Aku tepat berdiri didepan pintunya ketika wanita itu melirik kearahku….Dia tersenyum. Wanita itu, berantakan sekali…pakaiannya berserakan dilantai, tempat tidurnya juga berantakan….sepreinya hampir-hampir saja jatuh kelantai…Dia cantik dan dewasa, kulitnya putih dan tubuhnya langsing…laki-laki mana yang tidak terpikat dengan wanita seperti Dia. Sementara Take-san, Dia hampir-hampir saja tidak menyadari kehadiranku…jika bukan karena wanita itu yang memberitahunya.
“Takeshi-kun, anakmu datang tuh…” Wanita itu berbisik pada Take-san sambil menunjuk kearah pintu tempat aku berdiri.
Spontan Take-san mengangkat wajahnya dan menghentikan aktifitasnya….kini Dia melihatku, lalu tersirat ekspresi kaget dari raut wajahnya. Sementara aku…aku masih terpaku denagan adegan yang ada didepan mataku. Aku tidak percaya bahwa Take-san bisa berbuat seperti itu terhadap perempuan…Dia berbeda, Dia kelihatan Asing sekali, bukan Take-san yang kukenal…dan yang lebih memalukan lagi, wanita itu juga menyukainya. Apakah ini sifat asli Take-san…???
“Miku….” Akhirnya Dia mengatakan sesuatu setelah beberapa detik terdiam. Take-san mulai bangkit dari tempat tidur, kemudian diraihnya selimut….sepertinya Dia hendak menuju kearahku….tapi aku tidak sanggup melihatnya…aku tidak sanggup bertemu dengan orang yang memalukan seperti dia. Spontan aku berlari meningggalka mereka, meninggakan ruangan menjijikkan itu.
“Miku….!! Tunggu!!!!...” Aku masih bisa mendengar teriakannya ketika aku membanting pintu utama lalu pergi meninggalkan Ruangan Apartment. Mungkin memang lebih baik aku pergi, aku tidak ingin menjadi penghalang bagi Take-san….lebih baik aku pergi saja…
*****
Kulirik jam tanganku, sudah hampir pagi. Padahal tadi saat aku meninggalkan Apartment sekitar pukul 19.10, berarti aku perginya sudah lama sekal. Disini sepi, hampir-hampir tidak ada orang yang melintas….jelas saja, ini sudah tengah malam. Sebenarnya aku takut, lapar, dan kedinginan….rasanya ingin pulang,….tapi itu tidak mungkin. Lebih baik aku disini saja. Memang harus begitu ‘kan….aku tidak ingin menjadi penghalang, Jadi Take-san tidak perlu khawatir kalau-kalau aku datang dan mengganggunya.
Kurasa ada yang salah dengan diriku sekarang…Disatu sisi aku membiarkan mereka, tapi disisi lain…hatiku sakiiit sekali….aku menangis, rasanya perih didadaku. Dasar bodoh…kenapa juga aku harus sedih hanya karena melihat Take-san dengan kekasihnya???.... kenapa juga dadaku sesak…???...Padahal ‘kan Take-san itu bukan siapa-siapa-ku…Dia juga bukan pacarku, DIA ITU TIDAK PENTING…??!!! Tapi kenapa aku…AAAAAAAH!!! entahlah. Aku tidak sanggup lagi….tidak sanggup membendung hatiku yang entah kenapa begitu sakit….Aku tidak sanggup membendung air mata ini…aku tidak sanggup membendung kepedihan yang begitu dalam… aku menangis sejadi-jadinya.
Aku kenapa???...kenapa aku jadi seperti ini??...Bodoh!!! lalu, kenapa juga tadi aku harus lari??...apa aku cemburu???....padahal ‘kan apa yang dilakukan Take-san dengan kekasihnya itu sah-sah saja….
“jadi hentikan tangismu Miku….!!! Gadis bodoh jangan menangis, oke…” kucoba menenangkan diriku.
Lagipula…aku ini bukan siapa-siapanya Take-san, aku juga bukan orang penting dalam hidupnya…jika bukan karena saling memperebutkan hak milik atas Apartment, Toh kami mungkin tidak akan pernah bertemu (kecuali kejadian ditaman beberapa bulan lalu). Aku bukan penghalang bagi Dia….
“Sudahlah Miku,….jangan menangis lagi…”….
Aku hanya bisa menghibur diriku sendiri. Semakin kurapatkan kedua tanganku diperut, rasa lapar…rasa dingin…bertahanlah Miku, kau gadis yang kuat. Bertahanlah….oke. Begitu jauh lebih baik.
Sejak tadi Handphone-ku teru saja berdering dan disitu tertera nama “Sakuraba Takeshi”. Biarkan saja terus bedering…tidak akan kujawab telepon itu, pokoknya tidak akan pernah..!! Apa Dia mencariku….??? tapi untuk apa??...bukankah Dia bersama wanita itu..??...aku ini tidak penting baginya…jangan mencariku lagi.
“Hentikan!!!!....hentikan terus menghubungiku…!!!....Aku muak melihat wajahmu…hentikan….!!!!” Tapi percuma saja, Handphone itu terus saja berdering…tak ada habisnya.
Aku benci kau Take-san…..!!!! semakin kuingat wajahnya maka semakian sakit hatiku…..sudah cukup!!! Seandainya Dia bisa dihilangkan dari memoriku agar aku bisa melupakannya dan tidak mengingat-ingat Dia lagi…Seandainya saja otakku ini bisa dicuci dari segala hal-hal atau apapun yang berhubungan dengannya sehingga aku bisa terbebas dari segala siksaan yang tidak penting ini….(kukatakan tidak penting karena menurutku mengingat maupun menangisi Take-san itu, memang pekerjaan yang tidak penting).
“JANGAN HUBUNGI AKU…. !!! DASAR LAKI-LAKI BODOH….!!!!” Teriakku kemudian. Handphone itu masih saja terus berdering, aku sampai bosan mendengarnya.
Beberapa saat kemudian, ada beberapa pesan yang masuk…tidak, bukan beberapa tapi banyak sekali…sekitar 40 atau 50 pesan….dan semua pesan itu bernada sama…

“KAU DMN??....CPT PLNG!!
qU jmPuT U
…………………
By tAke”
Kapan pesan ini dikirimnya??..banyak sekali, kenapa aku tidak merasakannya…tapi biarlah. Aku hanya berharap Dia tidak bisa menemukanku kali ini.
***

mY firsT sTorY..!!!!

jIkA kamU sUkA yA dibaCa dOOOng..!!